Senin, 03 Agustus 2015

KAWAH PUTIH: Touring Untuk Pertama Kalinya

Selain dengan cara ngeteng angkutan umum, kita juga bisa melakukan perjalanan dengan menggunakan kendaraan pribadi. Salah satu kendaraan yang dapat digunakan adalah sepeda motor. Mengendarai sepeda motor tentunya menimbulkan kesan tersendiri. Banyak alasan mengapa seseorang melakukan perjalanan dengan menggunakan sepeda motor. Kalau saya pribadi, saya dapat merasakan secara langsung udara di alam bebas. Selain itu, sepeda motor lebih praktis bila digunakan kemana-mana. Kali ini, saya dan lima orang teman kampus mencoba untuk melakukan perjalanan dengan menggunakan sepeda motor. Tujuan kami ialah mengunjungi Kawah Putih yang terletak di Kecamatan Rancabali, Kabupaten Bandung. 

Perjalanan ini dimulai pada 25 April 2013. Titik start dimulai dari Kampus tercinta FISIP UI. Saya pergi bersama lima teman saya, yaitu Ihsan, Ghalih, Dali, Sansan, dan Chawin. Kami menggunakan empat sepeda motor (dua orang dibonceng). Inilah rute yang akan kami lalui:

Perjalanan Menempuh Jarak Sekitar 400 KM Pulang-Pergi

Rute ini kami anggap paling cepat jika ingin turing dari Jakarta/Depok menuju Kawah Putih. Perjalanan dimulai pukul 14.00 WIB dari Kampus UI. Kami memilih melewati Jalan Raya Bogor. Jalan relatif lengang sehingga kami sampai di kawasan Cianjur sekitar pukul 16.00 WIB. Udara mulai terasa sejuk di tempat ini, berbeda dengan udara di Depok atau Jakarta yang sangat panas karena sudah minim penghijauan. Kami pun santai sejenak untuk mengistirahatkan tubuh dan kepala yang mulai capek di sebuah Masjid. Sebagai pemeluk agama yang taat, beberapa teman juga melaksanakan ibadah shalat di sini.

Beristirahat Sejenak di Mesjid Jamie Attaqwa, Cianjur

Kami istirahat di Mesjid Jamie Attaqwa, Cianjur. Untuk mengisi perut yang mulai keroncongan, kami membeli mie ayam yang mangkal di sekitar Masjid. Murah sekali mie ayam di sini, hanya lima ribu rupiah per mangkuk. Dagingnya banyak lagi. Puji Tuhan. Setelah kenyang, kami berdiskusi untuk mencari tempat bermalam. Ihsan yang asli orang Sunda mencoba menghubungi kakeknya yang tinggal di Cianjur untuk menginap. Kakeknya pun setuju. Kami bergegas pergi supaya tidak terlalu malam.

Pusat kota Cianjur yang macet (ngikutin Jakarte aje), membuat kami tiba pukul 7 malam di rumah kakeknya Ihsan. Orangnya ramah-ramah dan kami disuguhi masakan khas Sunda. Sambal  asli Sundanya bikin nagih lah pokoknya. Inilah keramah-tamahan yang patut dipertahankan oleh seluruh masyarakat Indonesia. Setelah makan, kami pun tidur lebih cepat supaya dapat bangun subuh di esok harinya.

Menu Makan Malam yang Sangat Istimewa.

Keesokan harinya (26 April 2013), kami bangun pukul 04.30 WIB. Setelah sholat dan bersih-bersih, kami pamit kepada pemilik rumah untuk melanjutkan perjalanan. Sekitar jam 5, kami tancap gas untuk menuju ke Padalarang. Kami melewati perbukitan kapur khas Padalarang. Sungguh pemandangan yang indah. Namun, jalur yang kami lewati didominasi oleh truk-truk besar, sehingga pengendara harus sangat berhati-hati. Sesampainya di Cimahi, kami dihadang oleh kemacetan yang luar biasa. Kalau di Jakarta, macet sudah biasa. Di Cimahi, macetnya agak beda, karena macetnya terjadi di jalan yang lurus berkilo-kilo meter. Pengendara pasti sudah bosan duluan dengan kemacetan tipe ini hahaha.

Setelah berjuang nanya sana-sini, akhirnya keenam pemuda ini sampai di pintu masuk Kawah Putih. Udara khas pegunungan rasanya langsung membuat rasa capek berkendara selama lima jam hilang. Untuk menuju ke Kawah Putih, pengunjung harus memarkir kendaraannya di area yang telah disediakan. Di area parkir juga terdapat fasilitas toilet, tempat makan dan pusat oleh-oleh. Tapi hati-hati ya, banyak penjual yang biasa menipu.

Suasana Beranda Depan Obyek Wisata Kawah Putih

Tarif masuk ke Kawah Putih sebesar 25 ribu rupiah, sudah termasuk parkir dan angkutan menuju ke Kawah Putih. Pengunjung harus menaiki semacam angkutan yang disediakan pengelola untuk menuju Kawah Putih. Mungkin ini dilakukan untuk memberdayakan supir angkot setempat. Lama perjalanan dari pintu masuk ke Kawah Putih sekitar lima menit. Kawah Putih terletak di atas gunung,sehingga jalan yang dilalui adalah jalan menanjak.

Akhirnya Sampai di Kawah

Dan sampailah kami di Kawah Putih. Tempat wisata ini menurut saya sudah terkelola dengan baik. Fasilitas sudah lengkap dan ada tourist information juga. Pengunjung juga disuguhi musik kecapi oleh musisi tradisional.

Pemain Kecapi Tradisional

Kawah Putih merupakan danau kawah, sehingga pengunjung harus menuruni anak tangga untuk dapat melihatnya lebih jelas. Pihak pengelola menyarankan agar pengunjung tidak berada di area kawah selama lebih dari lima belas menit. Hal itu dilakukan untuk mencegah pengunjung mengalami gangguan pernapasan karena aroma belerang yang menyengat. Berikut adalah dokumentasi selama di Kawah Putih:

Menuruni Tangga untuk Mencapai Dasar Kawah

Foto Bersama

Begitu Hening...

Kami tidak berlama-lama di Kawah Putih. Kami harus cepat-cepat pulang karena tugas kuliah sudah menumpuk. Rute untuk pulang sama seperti rute yang dipakai saat berangkat. Kami sempat beristirahat di Masjid Atta'awun. Salah satu Masjid terpopuler dan termegah di Indonesia. Meskipun ini tempat ibadah, tetep saja dijadikan lahan bisnis oleh masyarakat. Harga tarif parkir dan makanan di sini jauh di atas harga normal.

Masjid Atta'awun, Bogor

Puji Tuhan, Alhamdulilah. Akhirnya kami berenam dapat pulang ke rumah masing-masing tanpa kekurangan apapun juga. Semoga cerita ini dapat menjadi referensi bagi para pejalan yang ingin melakukan turing ke Kawah Putih. Sekian dan terima kasih.

1 komentar: