Rabu, 19 Agustus 2015

Mendadak Ujung Kulon

Entah kenapa tahun 2015 ini susah banget nyari perjalanan share cost (di luar perjalanan naik gunung). Saya akui bahwa mental traveler sekarang sudah banyak yang berubah. Di tahun 2014, masih banyak trip-trip share cost yang bertebaran, baik di laman BPI, kaskus, atau laman-laman lainnya. Mungkin, karena perekonomian yang semakin maju dan padatnya pekerjaan, orang-orang lebih memilih open trip, yang mana harganya lebih mahal, namun segala urusan sudah diatur oleh tour agent. Bagi backpacker kere macem saya gini, tentu saja menolak yang namanya open trip macam itu. Kami tetap menjunjung tinggi share cost trip. Selain karena biaya yang lebih murah, share cost melatih pejalan untuk mandiri. Ya kalau menurut saya sih, backpacker yang sesungguhnya adalah backpacker dengan share cost trip hehehe. Loh kok ini malah ngalor-ngidul gini ya. Okedeh kita langsung ke TKP!

Kamis, 13 Agustus 2015
Nah jadi, di sela-sela kegalauan saya mencari perjalanan share cost (eaaaaa), tiba-tiba  ada satu ajakan perjalanan share cost ke Ujung Kulon di laman BPI yang di-post oleh Tari. Perjalanan ini dijadwalkan berlangsung dari tanggal 14-16 Agustus 2015 (dan saya baru tahu perjalanan ini sehari sebelumnya). Jadi ceritanya, perjalanan ini diinisiasi oleh teman-teman FBI aka. Female Backpacker Indonesia. Meskipun diinisiasi kaum hawa, ada juga beberapa kaum adam yang ikut perjalanan ini. Ternyata, ada beberapa peserta trip yang mengundurkan diri, sehingga Tari sebagai Tour Leader membuat ajakan perjalanan supaya kuota tetap terpenuhi (target peserta 31 orang). Berdasarkan itinerary, ada beberapa spot di Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) yang akan kami sambangi, yaitu Citelang, Cidaon, dan Pulau Peucang.

Peta Taman Nasional Ujung Kulon
lovelyones.files.wordpress.com

TNUK terletak di Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten. Masyarakat Banten patut berbangga, karena Taman Nasional ini menjadi Situs Warisan Alam Dunia yang diresmikan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada tahun 1991. Berbagai satwa dilindungi ada di tempat ini, salah satunya adalah Badak jawa (Rhinoceros sondaicus) yang terancam punah. Konon kabarnya, jumlah Badak jawa di alam liar hanya tersisa sekitar tujuh puluh ekor. Selain fauna dan flora, terdapat pula pantai dan spot snorkling yang kerap menarik perhatian wisatawan.

Sempet ragu juga, mau ikut trip ini atau nggak. Masalahnya ini dadakan banget. Bayangin aja, kalau saya mau jalan-jalan kelas ke Puncak aja, persiapannya mesti dua minggu sebelumnya. Lah ini, jauh-jauh ke ujung barat Pulau Jawa persiapannya cuma sehari hahahaha. Tapi setelah pikir panjang, akhirnya saya memutuskan untuk ikut. Saya membalas ajakan perjalanan di web BPI dan memberikan nomor kontak saya. Karena si Tari nge-post-nya malam hari, maka dia baru menguhubungi saya ketika hari H (trip dimulai pukul 21.00 dan saya baru dihubungi pada pukul 09.00). Akhirnya saya diperbolehkan ikut dalam perjalanan dan disuruh membawa beberapa logistik kelompok. Benar-benar super dadakan, waktu packing saya hanya kurang dari 12 jam!

Akhirnya urusan packing beres. Saya berangkat ke meeting point, yaitu Halte Busway UKI pada pukul 21.00 WIB (14 Agustus 2015). Ini lah trip dengan peserta terbanyak yang pernah saya ikuti (31 orang). Bus datang jam 10 malam dan kami langsung berangkat menuju Kecamatan Sumur, Kabupaten Pandeglang, yang merupakan titik awal menuju Taman Nasional Ujung Kulon. Perjalanan ke Kecamatan Sumur dari Jakarta memakan waktu sekitar 6-8 jam. Rombongan kami tiba di Kecamatan Sumur pada pukul 6 pagi (15 Agustus 2015). Di Sumur, sudah ada Pak Edi yang menyambut kami. Pak Edi adalah pemilik Wisma Sarang Badak, salah satu homestay di Ujung Kulon. Kami singgah sebentar di Wisma Sarang Badak untuk sarapan, meminjam peralatan, dan mengurus perijinan.

Setelah urusan di Wisma Sarang Badak selesai, kami langsung menuju Dermaga yang terletak tidak begitu jauh dari Wisma Sarang Badak. Di sini, sudah ada kapal yang akan kami sewa. Karena kedalaman pantai yang dangkal, maka kapal tidak dapat menepi di pinggir pantai. Kami harus menaiki sampan warga untuk menuju ke kapal.

Tim Menaiki Sampan untuk Menuju Kapal

Tujuan pertama kami adalah kemping di Citelang, Semenanjung Barat Pulau Jawa. Perjalanan ke Citelang memakan waktu dua jam dengan berlayar. Di tengah-tengah perjalanan, kami menyempatkan diri untuk ber-snorkling ria. Yuhuuuu. Untung saja ombak saat itu tidak begitu tinggi, sehingga sangat mendukung aktivitas snorkling. Sempat ada insiden, ketika fin Mbak Lastri jatuh ke dasar laut. Dasar laut saat itu lumayan dalam, mungkin ada sekitar 5 meter. Para awak kapal yang notabene adalah penduduk setempat sempat mencoba menolong, namun mereka tidak sanggup karena dasar laut terlalu dalam. Akhirnya ada seorang wisatawan juga dari kapal lain yang mencoba menolong dan berhasil mengambil fin. Dilihat dari gayanya sih, sepertinya doi emang anak freedive. Bayangin aja, penduduk lokal yang biasa hidup di laut aja sampai kalah kemampuan menyelamnya hahaha.

Suasana di Kapal

Snorkling Sampai Keling

Ada Pulau Kecil yang Biasa Digunakan Sebagai Titik Snorkling

Siang hari, sekitar pukul 12.00 WIB, kami akhirnya sampai di Citelang. Citelang ini terletak di Semenanjung barat Pulau Jawa. Banyak yang bilang bahwa kawasan ini merupakan pulau yang terpisah. Padahal, kawasan ini masih bagian dari Pulau Jawa. Di pesisir Citelang banyak terdapat batu karang, sehingga kapal kami tidak dapat menepi di pinggir pantai. Kami menaiki perahu motor milik penjaga pos.

Penjaga Pos Mengantarkan Kami Menggunakan Perahu Motor.

Sesampainya di Citelang, kami mengurus perijinan, mendirikan tenda, dan memasak. Jika mendirikan tenda maka pengunjung perlu membayar sekitar 20 ribu rupiah per tendanya. Tim pun dibagi dua, ada yang mendirikan tenda dan ada yang memasak. Ini lah share cost trip, semua anggota bergotong-royong mengerjakan tugas bersama. Tidak ada yang berdiam diri dan minta dilayani hihihihi
.
Kami Sedang Mendirikan Hotel Bintang Lima

Kondisi Dapur Umum Untuk Logistik Pasukan TNUK

Makan beres, tenda beres, ijin beres. Mumpung masih siang, kami menyempatkan diri untuk keliling-keliling di sekitar Citelang ini. Pantainya bagus dan banyak burung-burung. Cocok nih buat yang hobi birding. Banyak batu karang di sekitar pantai, mirip pantai yang ada di selatan Pulau Jawa. Perlu berhati-hati juga kalau ingin trekking di daerah ini, karena katanya daerah ini adalah habitat buaya muara.

Pinginnya sih foto sambil loncat, tapi gak kompak nih loncatnya.

Pantai yang masih asri

Banyak terdapat Burung Dara Laut Tengkuk Hitam (Sterna sumatrana)

Di dekat pos tempat kami mendirikan tenda, ada juga sebuah sumur yang dapat digunakan untuk mandi. Jadi, pengunjung tidak perlu susah-susah mencari sungai untuk mandi. Meskipun musim kemarau panjang, namun air di sumur ini sepertinya berlimpah. Mungkin karena hutannya masih terjaga, jadi masih terdapat kandungan air tanah. Malam pun tiba dan kami mengisi waktu dengan makan besar dan malam keakrababan. Para peserta yang jumlahnya bejibun dan tidak saling kenal ini, akhirnya bisa saling mengakrabkan diri.

Malam keakraban

Makan malam di tengah hutan

Esok harinya (16 Agustus 2015), kami harus meninggalkan Citelang. Tujuan kami berikutnya adalah Cidaon. Di Cidaon, terdapat padang savana tempat hewan liar seperti banteng biasa berkumpul untuk mencari makan. Kami pun menuju ke kapal kami. Uniknya, karena kapal tidak dapat bersandar di tepi pantai, maka kami harus menaiki sampan kecil yang hanya muat untuk dua orang. Lumayan ngeri naik sampan ini. Sampannya terbuat dari drum bekas yang dibelah dua dan kelihatannya kurang seimbang. Meskipun waswas takut sampan terbalik, tapi ternyata seru juga. Semacam ada adrenalin yang keluar hehehehe.

Manusia perahu yang terombang-ambing di lautan

Perjalanan dari Citelang menuju Cidaon memakan waktu sekitar 1,5 jam. Tidak seperti di Citelang, terdapat dermaga di Cidaon sehingga kami tidak usah naik sampan lagi. Kami kemudian trekking sekitar 3 menit untuk mencapai savana Cidaon. Sayang seribu sayang, karena kami kesiangan (sudah pukul 9 pagi), maka tidak ada satupun hewan yang muncul. Tapi tidak apa, kami akhirnya foto-foto bareng aja hehehe.

Trekking menuju Cidaon

Foto keluarga besar 

Dari Cidaon, kami bertolak menuju ke Pulau Peucang. Ini lah destinasi wisata yang mungkin paling terkenal di Taman Nasional Ujung Kulon. Pulau ini terkenal dengan pasirnya yang putih. Perjalanan dari Cidaon ke Pulau Peucang memakan waktu sekitar 30 menit. Setibanya di Pulau Peucang, terlihat keramaian turis yang berkunjung. Saya melihat ada setidaknya sepuluh kapal yang bersandar di dermaganya. Mulai dari turis asing sampai mancanegara ada di sini. Wihh, kalau dikelola dengan baik, mungkin bisa nyaingin Pulau Komodo kali ya tempat ini hehehe.

Pulau Peucang nih.

Terdapat banyak hewan liar yang saya temui di sini. Ada rusa, babi, biawak, dan monyet. Tidak usah takut dengan hewan ini. Selama kita tidak berperilaku yang macam-macam, binatang ini tidak akan mengganggu. Sebagian rombongan ada yang memilih untuk trekking ke dalam hutan dan ada yang main di pantai. Saya sendiri akhirnya memilih main di pantai. Pantainya yang putih seakan memanggil saya untuk menyentuhnya....

Foto Model L-Menn

Kalau ini sih kapal private yang lebih mahal



Kami pun puas berada di Pulau Peucang ini. Mungkin inilah spot paling indah selama kami di Taman Nasional Ujung Kulon. Keindahan pantainya tidak kalah dengan pantai yang ada di Nusa Tenggara Timur (padahal gua belom pernah kesono). Karena keasikan main, kami bertolak dari Pulau Peucang menuju ke Desa Sumur pada pukul 14.30 WIB. Perjalanan dari Pulau Peucang ke Desa Sumur memakan waktu sekitar 2,5-3 jam. Karena kami kesorean, ombak saat itu kebetulan sedang ganas-ganasnya. Ketinggian ombak mungkin mencapai 1-2 meter. Kapal kecil kami pun diterjang ombak yang ganas itu. Untunglah Tuhan selalu bersama para backpacker sehingga tidak ada hambatan dalam perjalanan. Sekedar saran bagi para pengunjung, sebaiknya hindari untuk berlayar di atas pukul 3 sore karena potensi ombak yang besar. Pukul 5 sore, kami sampai di Desa Sumur. Kami pun menaiki bus carteran dan kembali ke Jakarta. Benar-benar perjalanan dan teman-teman baru yang luar biasa. Takkan terlupa!

Oiya, share cost di perjalanan ini lumayan murah, sebesar 365 ribu rupiah per orang (dan itu masih sisa 800 ribu rupiah). Apabila ikut trip agent, biaya paling murah berada di kisaran 650 ribu rupiah. Itulah mengapa saya lebih memilih share cost. Sebenarnya bukan semata-mata biaya. Di perjalanan share cost, ada kebersamaan yang lebih kuat, karena segala hal ditanggung bersama. Sekian cerita dari saya. Semoga bermanfaat.

Rincian biaya:
-Sewa bus 2 hari tiga malam: Rp4.700.000
-Uang tip supir: Rp100 ribu
-Uang makan dan menginap untuk supir: Rp200 ribu
-Sewa kapal dua hari: Rp3.500.000
-Uang tip anak buah kapal: Rp200 ribu
-Ijin kemping di Citelang: Rp140 ribu
-Boot di Citelang: Rp80 ribu
-Biaya sandar kapal di Pulau Peucang: Rp150 ribu
-Ijin masuk Pulau Peucang: Rp10.500/orang

8 komentar:

  1. Bang, mau nanya2 tentang trip ke ujung kulon. Boleh minta kontak gak ?

    BalasHapus
  2. Selain tempatnya keren, Ujung Kulon selalu mempunyai cerita yang indah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dari perjalanan kemarin, banyak cerita dan perjalanan yang saya dapat, terutama gotong royong dan kekompakan selama perjalanan. Makasih ya sudah mampir

      Hapus
  3. keren bangg, kayanya seru bangettt. pengen kesana tapi blum ada temen wkwkw

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalo agan pergi ke sana sendiri pun, pasti di sana akan nemu rombongan lain kok. Jadi bisa nebeng hehe. Makasih ya sudah mampir

      Hapus
  4. Waah...asyiik banget. Ceritanya seru dan rinci bagus.
    Saya dulu ke sana belum rame seperti itu, th1995 an masih sepi belum ada tempat akomodasi dan infrastruktur yg terbatas bgt. Di Pulau2 itu seperti msh virgin land. Ok.Tks atas berbagi nya moga lbh success ke depannya.

    BalasHapus
  5. Wahhh seru nih kalo ada catatan perjalanan pas tahun 1995 itu. Pasti masih hutan rimba banget ya. Makasih ya sudah mampir

    BalasHapus