Sabtu, 08 Agustus 2015

Danau Kaldera Tertinggi di Asia Tenggara

Selagi masih di Taman Nasional Kerinci-Seblat (TNKS), rasanya sayang jika hanya mendaki Gunung Kerinci. Karena datang dari jauh, saya juga ingin mengeksplor lebih jauh tempat menarik yang ada di TNKS. Selain ada Gunung Kerinci, ada juga obyek menarik lain di TNKS, yaitu Danau Gunungtujuh dan Danau Kaco. Kedua tempat tersebut merupakan tempat yang unik. Danau Gunungtujuh disebut-sebut sebagai danau kaldera tertinggi di Asia Tenggara. Sedangkan, Danau Kaco merupakan danau dengan kejernihan air yang luar biasa. Danau ini memancarkan sinar seperti kaca, persis sesuai namanya.

Sebetulnya, tim kami ingin mengunjungi kedua tempat tersebut. Karena pertimbangan waktu, maka kami harus memilih salah satu tempat saja. Maklum, kami sudah membeli tiket pesawat untuk tanggal 30 April 2015 dan takutnya kami tidak mampu mengelola waktu kepulangan dengan baik. Oleh karena itu, kami sepakat untuk mengunjungi Danau Gunungtujuh saja. Danau Gunungtujuh letaknya lebih dekat dengan Basecamp Jejak Kerinci, sehingga kami tidak perlu terburu-buru saat kepulangan.

Danau Gunung Tujuh,  Dilihat dari Gunung Kerinci

Danau Gunungtujuh masih termasuk dalam kawasan TNKS. Danau ini terletak di Desa Pelompek, Kecamatan Kayu Aro. Danau ini merupakan danau kaldera tertinggi yang berada di Asia Tenggara. dengan ketinggian mencapai 1.995 mdpl. Sesuai dengan namanya, Danau ini dikelilingi oleh tujuh Gunung, yaitu (sumber saya ambil dari wikipedia, semoga saja valid):
-Gunung Hulu Tebo (2.525 mdpl)
-Gunung Hulu Sangir (2.330 mdpl)
-Gunung Madura Besi (2.418 mdpl)
-Gunung Lumut (2.350 mdpl)
-Gunung Selasih (2.230 mdpl)
-Gunung Jar Panggang (2.469 mdpl)
-Gunung Tujuh (2.753 mdpl)

Setelah turun dari Kerinci, kami beristirahat selama satu hari penuh di Basecamp Jejak Kerinci. Badan rasanya hancur setelah menyelesaikan api pencucian dosa di Kerinci, hihihi. Belum lagi kaki kami yang rasanya hancur-hancuran. Sepertinya agak berat juga bila kami langsung ke Danau Gunungtujuh sehabis turun dari Kerinci. Kami sengaja beristirahat seharian penuh untuk mengisi tenaga demi pendakian ke Danau Gunungtujuh. Danau Gunungtujuh memang terletak di atas gunung, sehingga kami harus mendaki dan membutuhkan fisik yang prima. Selama di basecamp, kami melakukan persiapan terkait perjalanan ke Danau Gunungtujuh.

Awalnya, rombongan anak Sumatra Barat ingin bergabung, namun ternyata mereka memiliki agenda lain sehingga tidak bisa ikut. Di tim inti kami, ada tiga orang yang tidak bisa ikut, yaitu: Bang Agus, Bang Bowo, dan Eko. Bang Agus tidak bisa ikut karena tiba-tiba terserang demam. Mungkin ia kecapekan sehabis turun dari Kerinci, sehingga harus istirahat di basecamp. Bang Bowo dan Eko tidak ikut karena harus segera pulang ke Kalimantan untuk urusan pekerjaan. Si Sugi, guide kami, juga tidak bisa ikut karena harus mengantar rombongan lain untuk naik ke Kerinci.

Akhirnya, peserta yang berangkat hanya ada tujuh orang, yaitu:
-saya
-Febri
-Bang Sony
-Kak Tere
-Oza
-Iqbal
-Andre (nama panggilannya Bibir, satu-satunya rombongan anak Sumatra Barat yang ikut)
-Pak Alex (porter)

Pose Sebelum Bertolak ke Danau Gunungtujuh

Perjalanan ke Danau Gunungtujuh kami mulai pada 28 April 2015. Logistik sudah kami siapkan sehari sebelumnya. Fisik juga sudah kembali pulih setelah beristirahat satu hari penuh. Rencananya kami akan kemping satu malam di sana. Untuk menuju Desa Pelompek, kami naik mobil Pak Kumis lagi. Kali ini jarak yang ditempuh lebih jauh daripada jarak dari Basecamp ke Pos Kerinci. Meskipun demikian, tarifnya tetap sama, yaitu dua belas ribu rupiah per orang. Kami diantar Pak Kumis langsung di pos registrasi Danau Gunungtujuh. Kami harus melapor dulu di pos dan membayar tiket sebesar tujuh ribu rupiah per orang.

Ini dia pintu masuk untuk trekking ke Danau Gunungtujuh

Karena Danau ini terletak di atas gunung, maka kami harus mendaki lagi (hadehhhh). Tapi tenang, untuk melihat sesuatu yang indah, memang butuh perjuangan. Trek yang kami lalui semuanya merupakan hutan hujan tropis sehingga lumayan teduh dan menyegarkan mata. Sepanjang jalan, kami dihibur oleh kicauan burung yang seolah memainkan sebuah lagu. Belum lagi ada sungai kecil yang suara aliran airnya bagus sekali untuk relaksasi telinga hehehe...

Sempet-sempetnya gaya pas istirahat

Suasana hutan sangat tenang. Tempat ini cocok untuk merenung, membaca, ataupun mengerjakan skripsi (abaikan saja hahaha). Tapi tujuan saya ke sini bukan untuk itu. Saya harus terus mendaki untuk menuju danau kaldera tertinggi di Asia Tenggara. Karena musim hujan, jalur yang dilalui menjadi becek dan berlumpur. Berkali-kali saya terpeleset di sini (maklum, saya waktu itu hanya pakai sendal gunung. Jangan ditiru ya, hehehe). Perjalanan dari pos registrasi ke Danau kurang lebih memakan waktu 5-6 jam. Akhirnya kami tiba di Danau sekitar pukul 3 sore. Saat itu sedang terjadi hujan deras di Danau.

Ada insiden ketika beberapa anggota tim hampir terhanyut karena arus Danau yang deras. Insiden yang sangat menegangkan. Di pinggiran danau, banyak terdapat tebing dan pepohonan, sehingga tidak semua sisi danau dapat dipijak. Di satu sudut danau, kami harus menyeberang untuk mencapai titik kemping. Kami harus berjalan meniti suatu batang kayu. Benar-benar mirip adegan Indiana Jones. Saya dan Kak Tere sempat jatuh. Untung saja saya bisa bangun lagi. Kak Tere lebih parah, karena hampir terbawa aliran sungai. Untunglah ada si Andre yang sempat menarik jaketnya, sehingga Kak Tere bisa ditolong.

Situasi Danau saat itu tertutup kabut tebal sehingga sulit untuk memotret. Bagi yang hobi fotografi seperti saya, tentu ini bukan momen yang bagus. Tapi tak apa-apa. Kami pun menggelar lapak dan bercanda ria sampai malam. Banyak hal yang kami bicarakan. Mulai dari yang sepele sampai yang serius. Pak Alex menceritakan mengenai cerita manusia kerdil di TNKS. Tapi masih belum pasti apakah makhluk tersebut benar adanya atau tidak. Pak Alex juga menceritakan mengenai persaingan antara para operator wisata di Gunung Kerinci yang sudah tidak sehat. Meskipun sebenarnya kami baru saling mengenal, namun kami seakan sudah saling kenal lama pada saat itu.



Di malam hari, kami menangkap dan memasak kepiting danau. Rasanya mirip-mirip ikan lele. Mungkin spesies kepiting ini perlu diberi rekor, karena mampu hidup di ketinggian 1.995 mdpl hehehe. Untuk memancing kepiting, kita tinggal menaruh umpan saja di pinggir danau. Umpannya hanyalah nasi. Ternyata kepiting Danau Gunungtujuh juga doyan makan nasi. Saya yakin bahwa kepiting ini truly Indonesia, hehehe.

Maafkan kami kepiting.....

Keesokan harinya (29 April 2015), cuaca mulai cerah sehingga tampak dengan jelas keindahan Danau ini. Sempat terdengar cerita bahwa sering muncul Harimau sumatra di sekitar danau untuk mencari minum. Tapi saat itu tidak ada satupun Harimau yang terlihat. Ah, padahal kan seru juga kalau ketemu harimau di alam liar hehehe. Ekstrem juga pikiran saya. Cuaca yang cerah memungkinkan saya untuk mengabadikan panorama danau yang sangat indah ini.





Ternyata ada seorang warga yang tinggal di sekitar danau, namanya Pak Syahril. Pak Syahril tinggal sendirian di Danau. Hebat juga ya, ada orang yang sanggup untuk hidup sendirian di lokasi terpencil seperti ini. Untuk kebutuhan hidup sehari-hari, Pak Syahril menangkap ikan yang ada di Danau. Ia juga menyewakan jasa perahu untuk para wisatawan yang berkunjung. Sesekali Pak Syahril turun ke Desa untuk membeli kebutuhan sehari-hari. Kami menggunakan jasanya untuk berkeliling Danau Gunungtujuh. Pak Syahril tidak mematok harga, tapi sebaiknya kita memberikan uang seikhlasnya. Mungkin Pak Syahril ini perlu digandeng oleh Pemerintah untuk mengelola obyek wisata Danau Gunungtujuh ini.

Ini dia Pak Syahril, yang berjaket merah

Kondisi tempat tinggal Pak Syahril, sangat sederhana, bahkan mungkin tidak layak

Cieeee....

Dayung-dayung Jenaka

Puas berkeliling Danau, kami menyempatkan mandi sejenak di danau kaldera tertinggi di Asia Tenggara. Namanya juga orang kota, seharian gak mandi, rasanya lengket-lengket gimana gitu, hahaha. Kami seakan mandi di bak raksasa milik alam. Mungkin ini rekor bagi saya. Saya berhasil mandi di ketinggian 1.995 mdpl. Gak usah tanya dingin atau ngga airnya. Yang pasti seger dan kami bermain air sampai puas.

Terima kasih alam...

Selesai badan bersih, kami harus packing. Kami harus segera turun ke Kersik Tuo. Ada jadwal perjalanan pesawat yang harus kami kejar. Sekian perjalanan saya di Kerinci dan Danau Gunung Tujuh. Saya harus bertolak ke Padang esok harinya untuk naik pesawat menuju ke Jakarta. Benar-benar pengalaman yang berharga. Terima kasih untuk teman-teman yang telah menjadi bagian dari perjalanan ini. Semoga kita dapat bertemu lagi di lain kesempatan.

Rincian Biaya:
-Angkutan dari Basecamp-Pos Registrasi Danau Gunung Tujuh = Rp 12 ribu (mobil Pak Kumis)
-Tiket masuk Danau Gunung Tujuh = Rp 7 ribu
-Jasa porter = Rp 150 ribu/hari
-Travel dari Kersik Tuo-Padang = Rp 850 ribu/mobil (Karena yang menuju Padang ada lima orang, kami sepakat untuk menyewa satu mobil travel. Mobil travel dipesan oleh abangnya Sugi, Bang Levi)







Tidak ada komentar:

Posting Komentar