Rabu, 05 Agustus 2015

First Time in Bali: Penelitian Sekaligus Pelesir

Pulau Bali....Inilah Pulau yang telah menarik perhatian masyarakat dunia. Sering disebut sebagai Island of God atau Pulau Dewata. Tidak heran bila Bali menjadi magnet bagi wisatawan global. Selain memiliki panorama alam yang indah, masyarakat Bali juga berhasil melestarikan budayanya. Hal tersebut membuat wisatawan tertarik mengunjungi Pulau ini. Sebagai orang Indonesia asli, saya belum pernah menginjakkan kaki di Pulau Bali. Padahal, orang asing saja sudah sekian kali bolak-balik ke Bali (ngenes banget sih gua). Tapi, rejeki gak kemana. Akhirnya Tuhan memberikan saya kesempatan untuk mengunjungi Pulau eksotis ini.

Akhirnya bisa ke Bali coyyy

Sebenarnya sih ini bukan kegiatan jalan-jalan. Saya ke Bali dalam rangka Penelitian Kreativitas Mahasiswa (PKM) 2014 yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan. Kebetulan, saya satu tim dengan Bayu, Prema, dan Ika. Mereka bertiga asli orang Bali. Kami meneliti tentang inovasi Pemerintah Kota Denpasar dan Pemerintah Kabupaten Klungkung dalam memasarkan kain tenun ikat endek. Kain tenun ikat endek merupakan kain tenun ikat asli Bali yang keberadaannya mulai tersaingi oleh kain-kain dari Daerah lain di pasaran. Kami ingin mengetahui bagaimana inovasi yang dilakukan Pemerintah Daerah untuk memasarkan kain ini sehingga bisa terus eksis di pasaran.

Perjalanan ke Bali dimulai pada 15 April 2014. Kebetulan Ika tidak bisa ke Bali karena ada halangan, sedangkan Bayu sudah ke Bali lebih dahulu. Jadi, saya berangkat berdua bareng Prema. Ini juga pengalaman pertama saya naik pesawat hehehe. Sempet agak kagok juga sih karena belum ngerti cara naik pesawat itu seperti apa. Tapi itu wajar lah, kalian juga gitu kan pas pertama kali naik pesawat hihihihi.

Penelitian di lapangan kami mulai dari tanggal 16 April 2014 hingga 18 April 2014. Kebetulan, Bayu sebagai ketua tim sudah mengumpulkan data di Kota Denpasar. Sehingga penelitian kali ini ditujukan untuk mengumpulkan data di Kabupaten Klungkung. Kami mendatangi Kantor Pemerintah Kabupaten Klungkung untuk mengetahui inovasi mereka dalam memasarkan kain tenun ikat endek.

Ini saat berada di kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Klungkung

Ini saat berada di kantor Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan Kabupaten Klungkung

Kami juga menyempatkan diri untuk mengunjungi Pasar Klungkung. Kami ke sini untuk mengetahui kondisi pemasaran kain tenun ikat endek. Pasar Klungkung merupakan pasar terbesar yang ada di Kabupaten Klungkung. Di sini, kami dapat melihat bagaimana kain tenun ikat endek dipasarkan. Kami juga mewawancarai pedagang untuk mengetahui kondisi riil yang terjadi di lapangan.

Contoh kain yang dipasarkan

Mewawancarai salah seorang pedagang

Mewawancarai salah seorang pedagang

Mewawancarai salah seorang pedagang

Setelah mengunjungi Pasar Klungkung, kami juga mengunjungi salah satu sentra kerajinan kain tenun ikat endek, yaitu Sri Widhi. Sentra Kerajinan Sri Widhi merupakan salah satu produsen kain tenun ikat endek yang ada di Kabupaten Klungkung. Mereka memiliki beberapa orang penenun, alat tenun bukan mesin, dan ruang pemasaran sendiri. Sentra kerajinan ini dimiliki oleh Pak Wayan Widiantara. Menurut Pak Wayan Widiantara, sangat sulit untuk mencari penenun kain endek saat ini. Jaman sudah berubah sehingga generasi muda enggan untuk menjadi penenun.  

Kami sampai di Sentra Kerajinan Sri Widhi

Ini semacam distro untuk memasarkan kain endek Sri Widhi

Wawancara dengan Pak Wayan Widiantara

Penampakan ruang distro

Penenun sedang serius bekerja

Penenun sedang serius bekerja

Akhirnya kami selesai mengumpulkan data di lapangan. Kurang lengkap rasanya kalau tidak pelesir an selagi ada di Bali. Meskipun ini penelitian, kami juga butuh jalan-jalan (maafkan aku Kemendikbud). Ya, karena kami melaksanakan penelitian ini dengan dana pribadi kami sendiri. Kami mengunjngi salah satu tempat wisata terkenal di Klungkung, yaitu Kerthagosa. Seperti dikutip dari situs resmi Pemerintah Kabupaten Klungkung (klungkungkab.go.id), Kerthagosa dibangun oleh Dewa Agung Jambe pada tahun 1686. Dewa Agung Jambe adalah seorang Raja Bali pada masa itu. Kerthagosa merupakan bagian dari kompleks Puri Semarapura. Pada masa Pemerintahan Kolonial Belanda, Kerthagosa pernah difungsikan sebagai tempat pengadilan.





Selama di Bali, saya menginap di rumahnya Prema, terletak di Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung. Kebetulan, saat itu sedang ada perayaan pernikahan saudaranya Prema. Saya diajak oleh orangtuanya Prema untuk mengikuti prosesi pernikahan. Meskipun saya orang yang sebetulnya asing, namun mereka memperlakukan saya ibarat keluarga sendiri. Orang Bali benar-benar luar biasa. Bagi yang bukan orang Bali seperti saya, mengikuti prosesi adat pernikahan Bali mungkin merupakan hal yang sangat langka.



Bagi orang yang baru pertama kali mengunjungi Bali, saya merasa bahwa saya sedang berada di luar negeri. Atmosfernya berbeda dengan daerah lain di Indonesia yang pernah saya kunjungi. Di tengah gempuran budaya asing, masyarakat Bali berhasil melestarikan budayanya. Setiap bangunan menggunakan arsitektur tradisional. Masyarakatnya menggunakan pakaian tradisional apabila berpergian. Di pinggir jalan juga banyak ditemukan kemenyan khas Bali. Aromanya luar biasa wangi. Untung saya belum addict hehehe. Sekian perjalanan saya di Bali. Orang Bali sungguh luar biasa. Tidak heran kalau banyak wisatawan yang datang ke sini. Penduduknya ramah luar biasa! Sekian dan terima kasih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar