Selasa, 04 Agustus 2015

Pendakian Semeru (Yang Tertunda)

Gunung Semeru merupakan sebuah gunung yang terletak di Provinsi Jawa Timur. Gunung ini termasuk dalam wilayah Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru (TNBTS). Semeru bukanlah gunung biasa. Gunung ini memiliki ketinggian 3.676 meter di atas permukaan laut (mdpl) sehingga dinobatkan sebagai gunung tertinggi di Pulau Jawa. Gunung ini juga termasuk dalam The Seven Summit of Indonesia.

Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru
commons.wikimedia.org

Semenjak tiga tahun terakhir, Gunung Semeru menjadi incaran bagi para pendaki di Indonesia. Hal itu disebabkan oleh penayangan film layar lebar "5cm". Film ini mengisahkan lima orang sahabat yang mendaki Gunung Semeru. Keindahan Semeru benar-benar diekspos dalam film tersebut. Alhasil, banyak orang yang tertarik untuk melihat secara langsung keindahan Gunung ini. Selain pendaki yang sudah berpengalaman, ada juga pendaki pemula yang ingin mendaki Semeru. Semenjak kemunculan film "5cm", banyak muncul pendaki dadakan minim pengalaman yang nekat mendaki Semeru. Pendaki tipe ini akhirnya dijuluki "pendaki 5cm. Ada dari mereka yang belum pernah mendaki gunung dan tidak memiliki perlengkapan pendakian memadai, namun nekat mendaki Semeru. Semeru bukanlah Gunung ringan yang mudah didaki. Perlu persiapan memadai untuk mendakinya.

Kok malah jadi ngomongin pendaki 5cm ya. Oke, sebenarnya boleh dibilang saya ini tipe-tipe pendaki yang kurang pengalaman juga, namun saya tetap ingin mendaki Semeru. Saya hanya pernah sekali mendaki gunung, yaitu Gunung Papandayan pada September 2013. Tapi saya menolak apabila disebut pendaki 5cm. Saya ingin ke Semeru semenjak saya masih SMA, sebelum film 5cm dirilis. Semenjak SMA, saya memang sudah punya impian gila untuk dapat mendaki Semeru, Rinjani, dan Kerinci. Saya mengenal Semeru melalui cerita beberapa teman yang sudah kesana dan juga melalui tayangan Jejak Petualang.

Akhirnya impian saya untuk pergi ke Semeru kesampaian. Kali ini saya pergi dengan teman-teman BPI dan Kaskus Traveller. Ini pertama kalinya saya mengikuti open trip. Biasanya, saya pergi dengan teman-teman yang sudah saya kenal.Kali ini, saya pergi dengan orang-orang yang sama sekali baru, belum pernah saya jumpai sebelumnya. Perjalanan kami untuk mengunjungi "gunung artis" ini dilakukan pada November 2013. Perjalanan ini diinisiasi sejak bulan Juni 2013 oleh seorang member BPI, yaitu Edin dan Uzos. Mereka berdua membuat ajakan di laman BPI dan kaskus untuk mendaki bersama ke Semeru.

Alhasil, terkumpul dua puluh orang yang mengikuti perjalanan ini. Ini lah daftar peserta trip:
1. Edin (Depok)
2. Uzos (Bogor)
3. Furqon (Depok)
4. Sabrina (Palembang)
5. Wanda (Palembang)
6. Aglen (Jakarta)
7. Hendra (Jakarta)
8. Adjie (Jakarta)
9. Siti (Samarinda)
10. Riska (Samarinda)
11. Eki (Samarinda)
12. Mungkas (Jakarta)
13. Fay (Serang)
14. Fahmi (Pontianak)
15. Nanda (Jakarta)
16. Darli (Jakarta)
17. Priyanka (Jakarta)
18. Yusuf (Jakarta)
19. Edeth (Bogor)
20. Rizky (Bandung)

Trip kami memang bhineka tunggal ika. Walaupun berbeda-beda (domisili, agama, suku, dll.) tapi tetap satu hehehe. Kami sepakat bahwa perjalanan dimulai pada tanggal 9 November 2013 dengan titik kumpul di Stasiun Pasar Senen dan Stasiun Malang (10 November 2013).

Kecemasan sempat terjadi sebelum perjalanan dimulai. Sehari sebelum keberangkatan (8 September 2013), tersiar kabar di berita bahwa ada dua orang pendaki asal Jabodetabek yang hilang di Semeru. Beritanya dapat dilihat di sini Dua Orang Pendaki Hilang di Semeru. Sempat ada keinginan untuk membatalkan perjalanan. Karena tiket sudah dibeli dan banyak peserta yang sudah mengajukan cuti, mau tidak mau kami harus tetap berangkat. Beberapa peserta memilih titik kumpul di Stasiun Pasar Senen. Kami menaiki kereta ekonomi Matarmaja dengan tarif 65 ribu rupiah. Perjalanan dimulai pukul 14.00 WIB.

Ternyata kejadian yang dicemaskan benar-benar terjadi. Saat kami sudah ada di kereta, pihak pengelola TNBBS mengumumkan bahwa Semeru ditutup sampai tanggal yang belum ditentukan untuk memudahkan tim SAR mencari pendaki yang hilang. Seluruh peserta merasa kecewa. Tapi apa boleh buat. Kalau itu sudah kehendak Tuhan, ya manusia harus bisa menerima. Kami pun menyusun beberapa opsi destinasi lain untuk dikunjungi, apabila Semeru benar-benar ditutup.

10 November 2013, sekitar jam 7 pagi, kami sampai di Stasiun Malang. Di sana, kami sudah ditunggu oleh beberapa peserta yang memilih titik kumpul di St. Malang. Di sana, ada beberapa rombongan yang akhirnya memilih bergabung dengan kami sehingga total peserta menjadi 25 orang.

Kami sampai di Stasiun Malang

Di Stasiun Malang, salah seorang supir angkot mengatakan bahwa TNBBS memang ditutup. Namun, rombongan kami sepakat untuk tetap menuju TNBBS untuk memastikan kebenaran informasinya. Kami mencarter tiga angkot untuk 25 orang. Tarif satu angkot sebesar 115 ribu rupiah.

Sekitar pukul 9 pagi, kami sampai di Kecamatan Tumpang. Di sini, ada basecamp yang biasa digunakan pendaki untuk beristirahat. Pendaki tidak dipungut biaya untuk singgah di basecamp ini. Basecamp dijaga oleh Mbak Nur. Orangnya baik sekali. Beliau mencoba menelpon pihak TNBBS dan ternyata Semeru memang ditutup.

Karena Semeru ditutup, rombongan kami mencoba berunding untuk tetap ke Semeru atau menuju ke Bromo. Menurut Mbak Nur, di dekat pos pendaftaran Ranu Pani, ada sebuah danau bernama Ranu Regulo yang dapat dijadikan area untuk kemping. Sesuai dengan musyawarah, akhirnya kami memutuskan untuk kemping di Ranu Regulo.

Untuk menuju Ranu Pani, kami menyewa truk sayur dari Pasar Tumpang. Per orangnya dikenakan biaya 60 ribu rupiah. Jalur menuju Ranu Pani sangat ekstrem. Jalannya sempit dan kiri kanannya terdapat jurang. Belum lagi jalannya sangat menanjak. 

Keceriaan saat menaiki truk sayur.

Ternyata truk tidak boleh langsung turun di Ranu Pani. Rombongan harus turun di Ngemplang karena akses jalan ditutup untuk kepentingan tim SAR. Dari sini, pengunjung bisa melihat pemandangan bukit teletubbies.

Bukit Teletubbies

Ayu Tenan...

Dari Ngemplang, perjalanan ke Ranu Pani harus dilanjutkan dengan ojek. Tarif ojek sebesar 15 ribu rupiah. Yang uniknya, supir ojek di sini bahkan ada yang masih anak-anak. Bahkan mereka mengendarai RX King. Okelah, saya no comment (mungkin ini tergolong pekerja di bawah umur). Akhirnya kami sampai di Ranu Pani sekitar pukul 4 sore. Di sana, pihak TNBBS memastikan bahwa pendakian ke Semeru ditutup.

Pos Pendakian Ranu Pani

Baiklah, sesuai dengan plan B, kami memutuskan kemping di Ranu Regulo. Jaraknya sekitar 5 menit jalan kaki dari Pos Ranu Pani. Danau ini masih tergolong asri dan jarang dikunjungi oleh wisatawan. 



Kekecewaan karena tidak bisa mendaki Semeru pasti dirasakan setiap anggota tim. Namun hal itu bukanlah masalah. Mungkin Tuhan belum mengijinkan kami mendaki Semeru. Tuhan punya rencana lain yang lebih indah. Bagi saya, perjalanan ini sudah sangat cukup karena saya mendapat teman-teman baru.

Pagi harinya, pemandangan Ranu Regulo terlihat sangat menawan. Ada sunrise yang dapat dinikmati oleh pengunjung. Rasanya, kekecewaan kami terobati oleh Ranu Regulo ini. 

Foto oleh Al Furqon


Foto oleh Al Furqon


Puas menikmati pemandangan Ranu Regulo, kami harus segera bergegas. Sesuai dengan rencana, rombongan ingin ke Pulau Sempu. Ada juga sebagian rombongan yang memilih untuk menuju ke destinasi lain. Salah satunya adalah saya sendiri. Saya sendiri memilih untuk pergi ke Trowulan. Kami pamit kepada anggota tim dan kami berpisah di Basecamp Tumpang. Sekian cerita perjalanan mengenai pendakian Semeru yang tertunda. Semoga bermanfaat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar