Selasa, 04 Agustus 2015

Kawah Ijen: Balada Belerang

Backpacking memang bikin ketagihan. Ketika sukses mengunjungi suatu destinasi, maka kita akan penasaran untuk mengunjungi destinasi yang lebih jauh. Setelah saya mengunjungi Malang dan Trowulan, maka saya juga ingin mengunjungi destinasi yang lebih jauh. Kali ini, saya berkesempatan untuk mengunjungi Kawah Ijen. Kawah Ijen terletak di Provinsi Jawa Timur, tepatnya di perbatasan Kabupaten Bondowoso dan Kabupaten Banyuwangi. Kawah Ijen merupakan salah satu destinasi wisata yang terkenal di Indonesia dan dunia. Tempat ini terkenal dengan fenomena alamnya yaitu api biru (bluefire) yang sangat langka di dunia. Pada 26 Januari 2014, akhirnya saya mendapat kesempatan untuk mengunjungi tempat ini.


Perjalanan ini merupakan open trip saya yang kedua setelah trip Semeru (yang Tertunda). Perjalanan ini diinisasi oleh beberapa teman fotografer yaitu Bang Rian (Medan) dan Bang Alfin (Bekasi). Mereka membuat ajakan di laman Backpacker Indonesia (BPI) dan kaskus. Untung saya sempat melihat ajakan ini dan saya langsung menghubungi Bang Alfin untuk bergabung. Saya memang sangat penasaran untuk mengunjungi Kawah Ijen. Sesuai dengan rencana, rombongan akan mengunjungi Kawah Ijen dan Taman Nasional Baluran. Total peserta trip ada 22 orang. Inilah daftar peserta trip:

Rombongan yang berkumpul di Surabaya (25 Januari 2014):
1. Bang Alfin (Bekasi)
2. Dina (Jakarta)
3. Febri (Bekasi)
4. Nyokapnya Febri (Bekasi)
5. Intan Sobok (Jakarta)
6. Fatia (Jakarta)
7. Merlinda (Jakarta)
8. Om Motz (Jakarta)
9. Om Ady (Bandung)
10. Aglen (Jakarta)
11. Eka (Jakarta)
12. Ipur (Balikpapan)
13. Rudi (Balikpapan)
14. Dani (Balikpapan)
15. Om Setiyo (Malang)

Yang berkumpul di Banyuwangi:
16. Bang Riang (Medan)
17. Bli Tri (Bali)
18. Sadam (Malang)
19. Om Dion (Banyuwangi)
20. Om Hanafi (Yogyakarta)
21. Om Danan (Jambi)
22. Kang Erwin (Bandung)

Karena saya memilih titik kumpul di Surabaya pada tanggal 25 Januari 2014, maka saya berangkat dari Jakarta pada tanggal 24 Januari 2014. Saya menggunakan kereta api ekonomi Gaya Baru Malam dengan tarif 130 ribu rupiah. Kereta berangkat dari Stasiun Jakarta Kota pukul 12.00 WIB. Sebenarnya bukan hanya saya yang berangkat dari Stasiun Jakarta Kota. Ada juga Bang Alfin, Febri, Nyokapnya Febri, Sobok, dan Fatia. Tapi mereka naik kereta Gumarang kelas bisnis pada pukul 15.00 WIB. 
Saya mendapat kabar bahwa jalur kereta di Jawa Tengah putus karena banjir. Sempat waswas juga. Tapi ternyata kereta yang saya tumpangi tidak kena banjir. Kereta yang kena banjir malah keretanya Bang Alfin, dkk (padahal keretanya lebih mahal hahaha). 
Karena perjalanan lancar, maka saya sampai di Stasiun Gubeng, Surabaya pada pukul 2 pagi (25 Januari 2014). Sebelumnya, diperkirakan kereta rombongannya Bang Alfin, dkk juga sampai di jam yang sama. Tapi kereta mereka molor 6 jam. Akhirnya saya menunggu sendirian di Stasiun Gubeng dan tidur di emperan stasiun (backpacker banget kan hehe). Saya tidur sekitar 3 jam di stasiun. Kemudian, pada pukul 5 pagi, saya memutuskan untuk beranjak ke Stasiun Pasar Turi. Stasiun Pasar Turi merupakan titik kumpul kami. Saya juga ingin mengecek apakah mobil sewaan kami sudah datang atau belum di Stasiun Pasar Turi. Saya menaiki ojek dengan tarif 15 ribu rupiah untuk menuju Stasiun Pasar Turi dari Stasiun Gubeng. 
Di St. Pasar Turi saya menemui Mss Setiyo (Malang) serta Ipur, Rudi, dan Dani (Balikpapan). Kemudian, rombongan Bang Alfin mulai datang pada pukul 9 pagi. Untuk mempersingkat waktu, kami langsung berangkat menuju ke Pos Paltuding dengan menggunakan dua mobil carteran. Satu mobil diisi oleh 5 orang (tarif 750 ribu rupiah per mobil). 
Perjalanan dari Surabaya ke Paltuding memakan waktu yang cukup lama. Kami sampai di Paltuding sekitar pukul 7 malam. Di sana, seluruh rombongan akhirnya berkumpul. Karena esok paginya ingin melihat bluefire, maka kami langsung beristirahat supaya bisa bangun pagi. Kami beristirahat di sebuah pos yang ada di dekat tempat pendaftaran. Di sekitar Pos Paltuding, memang masih minim losmen untuk tempat menginap wisatawan.
Esok harinya (26 Januari 2014), kami bangun pada pukul 1 pagi. Kami langsung trekking untuk menuju ke Kawah Ijen. Waktu trekking rata-rata memakan waktu 2 jam. Jalur pendakian tidak terlalu berat. Masih cocok untuk pendaki pemula, bahkan orang tua. Sebelum mendaki, pengunjung dapat menitipkan barang bawaan mereka di sekretariat atau warung setempat, supaya tidak membawa beban yang terlalu banyak.
Kami sampai di Kawah Ijen sekitar pukul 3 pagi. Cukup banyak wisatawan saat itu, kebanyakan berasal dari daerah sekitar seperti Banyuwangi, Situbondo, dan Bondowoso. Banyak juga turis asing (bahkan pada make tanktop, padahal dinginnya minta ampun saat itu). Untuk melihat bluefire, pengunjung harus menuruni Kawah. Kita harus-berhati-hati, jalannya berbatu sehingga sangat licin. Sebagian rombongan memilih turun ke kawah, sedangkan beberapa lainnya memilih tidak turun karena kecapekan.

Beberapa teman beristirahat di atas, sedangkan beberapa lainnya turun ke kawah untuk melihat api biru.
Akhirnya saya dapat melihat bluefire yang konon katanya hanya ada dua di dunia (satu lagi ada di Islandia). Bau belerang sangat menusuk sehingga pengunjung sebaiknya menggunakan masker. 
(Foto oleh Alfin Tofler. Check out his gallery: https://www.flickr.com/photos/55510959@N04)

Sempat terjadi insiden di Kawah Ijen. Saat banyak wisatawan sedang melihat bluefire, tiba-tiba muncul angin kencang. Seketika terjadi badai belerang. Seluruh kawah tertutup dengan badai belerang. Terlihat kepanikan dari seluruh pengunjung yang saat itu terperangkap di dalam badai. Masing-masing terlihat menyelamatkan diri dengan naik ke atas. Saya juga panik dan cepat-cepat naik ke atas bersama dengan Sobok yang saat itu berada di dekat saya. Teman-teman saya yang lain waktu itu posisinya cukup jauh (badai juga membuat para pengunjung tidak bisa melihat sekelilingnya). Akhirnya saya dan Sobok dapat naik ke atas. Karena saking paniknya, lari kami pun jadi lebih cepat. Saya melihat bahwa banyak pengunjung yang muntah-muntah karena terlalu banyak menghirup belerang. Saya juga masih khawatir karena Bang Alfin, Bang Erwin, Mas Setiyo, Febri, Ipur, Rudi, dan Dani masih terjebak di dalam badai. Puji Tuhan akhirnya mereka dapat naik dan terbebas dari badai.
Beberapa rombongan, yaitu saya, Mas Setiyo, Ipur, Rudi, dan Dani memilih untuk turun ke Pos Paltuding lebh awal. Sepertinya kami merasa sedikit trauma atas insiden badai tadi hehehe. Namun sayang sekali, karena turun lebih awal, saya tidak bisa memotret kawah ijo yang sangat indah itu. Namun tidak apa, selama perjalanan turun, kami juga disuguhi panorama pegunungan Ijen yang mewawan.




Begitu seluruh anggota tim sampai di Pos Paltuding, kami harus segera beranjak meninggalkan Ijen. Ya, kami harus menuju destinasi berikutnya, yaitu Taman Nasional Baluran. Rombongan berangkat sekitar pukul 11 siang. Beberapa anggota ada yang membawa mobil, sehingga sebagian rombongan ikut menumpang mobil. Ada juga yang menaiki motor sewaan. Apes juga bagi saya, mas Setiyo, Ipur, Rudi, dan Dani. Kami gak kebagian tempat duduk di mobil sehingga harus mencari transportasi lain. Untung ada Mas Setiyo. Dia sudah pernah mengunjungi Kawah Ijen dan pernah juga bekerja di sekitar Kawah Ijen. Ia menyarankan agar kami menumpang truk belerang sampai ke Dusun Licin. Sembari menunggu truk, kami melihat dan membantu para penambang belerang yang sedang bongkar muat.




Inilah truk belerang yang akan ditumpangi. Orang dan belerang dicampur-campur.

Naik truk belerang merupakan sensai tersendiri bagi para backpacker. Bayangkan saja belerang dan manusia campur jadi satu. Entah kenapa, setelah banyak menghirup bau belerang saat insiden badai kemarin, hidung saya sudah kebal dengan bau belerang hehehe. Pemandangan saat naik truk juga sangat indah. Hutan di daerah ini masih terjaga. Kami pun sampai di Dusun Licin. Meskipun judulnya menumpang, begitu sampai di Dusun Licin, ternyata kami dimintai bayaran 10 ribu rupiah per orang. Oke lah, daripada gak ada yang nganterin hehehe. Dari Dusun Licin, perjalanan dilanjutkan dengan ojek untuk menuju ke pusat kota Banyuwangi. Tarif ojek sebesar 40 ribu rupiah per motor.

Ojek sudah siap sedia untuk mengantar.
Begitu sampai di Banyuwangi, kami mendapat kabar bahwa rombongan yang naik mobil dan motor sudah memesan sebuah rumah homestay. Jaraknya 500 meter dari Baluran. Kami berlima akhirnya mencarter angkot untuk menuju ke homestay. Tarifnya 75 ribu sekali antar. Itu adalah cerita perjalanan saya di Kawah Ijen. Lanjutan cerita di Baluran disambung di tulisan berikutnya......

Tidak ada komentar:

Posting Komentar