Indonesia merupakan negara kepulauan
terbesar di dunia. Total luas wilayah Indonesia mencapai 7,7 juta km2.
Sekitar 2/3 wilayahnya merupakan laut. Banyak yang mengatakan bahwa Indonesia
merupakan negara maritim. Hal tersebut tidak sepenuhnya benar. Negara maritim
adalah sebuah negara yang menguasai semua kekuatan strategis di lautan yang
didukung oleh kekuatan maritim baik itu armada perdagangan, armada perang,
industri maritim serta kebijakan pembangunan negara yang berbasis maritim (Dewan
Kelautan Indonesia, 2012). Di Indonesia, sektor kelautan menjadi sektor
pinggiran. Sudah sejak lama Bangsa Indonesia dipaksa meninggalkan laut.
Padahal, Bangsa ini pernah merebut kejayaan karena berhasil membangun
maritimnya.
Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit pernah
menjadi kerajaan kuat di Asia karena berhasil menguasai laut. Semenjak masuknya
Belanda di tanah air, Bangsa Indonesia digiring untuk membangun daratan dan
melupakan laut. Hal tersebut masih berlangsung sampai saat ini. Laut dianggap
sebagai tempat yang tidak produktif. Ada satir yang menganggap bahwa laut
merupakan tempat jin buang anak. Belum lagi candaan anak muda yang mengatakan:
“Mimpi lo, ke laut aje sono!” Itu lah bukti yang menunjukkan bahwa budaya
bahari kita telah hilang. Untung saja masih ada pemimpin bangsa yang berusaha
mengembalikan kejayaan maritim Indonesia. Di pemerintahan baru saat ini,
Presiden Joko Widodo berambisi untuk menjadikan Indonesia sebagai poros maritim
dunia. Sebagai komponen bangsa, sudah semestinya kita mendukung visi tersebut
demi kehidupan yang lebih baik.
www.beritaasatu.com
Indonesia memiliki luas laut terbesar
ke-6 di dunia. Luasnya kurang lebih mencapai 5,8 juta km2. Meskipun
demikian, sejak era kolonial Belanda, pembangunan kelautan masih belum menjadi
prioritas. Indonesia hanya fokus pada pembangunan sektor agraris. Menurut Guru
Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Insitut Pertanian Bogor Rokhmin
Dahuri, kontribusi sektor kelautan terhadap produk domestik bruto masih sebesar
20 persen (www.antaranews.com, 2014). Padahal, negara-negara yang luas lautnya
lebih kecil, mampu mengoptimalkan potensi lautnya dengan lebih baik.
Negara-negara seperti Islandia, Norwegia, Spanyol, Jepang, Tiongkok, Korea
Selatan, Selandia Baru, dan Thailand dapat mengoptimalkan sektor kelautannya rata-rata
lebih dari 30 persen PDB mereka.
Padahal, laut Indonesia memiliki potensi
yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Menurut Max Rompas (2011),
laut Indonesia dapat menghasilkan PDB sebesar 7.200 triliun rupiah per
tahunnya. Sungguh jumlah yang luar biasa besar. PDB Indonesia saat ini sekitar
Rp10 ribu triliun. Dengan membangun sektor kelautan, maka PDB tersebut akan
jauh meningkat.
Laut Indonesia memiliki berbagai potensi
yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Berikut ini adalah
potensi-potensi yang dapat dikembangkan dari sektor kelautan Indonesia:
1.
POTENSI KEDAULATAN
Laut Indonesia memiliki potensi kedaulatan.
Posisi geografis kepulauan Indonesia sangat strategis karena terletak di antara
dua benua dan dua samudera. Laut merupakan potensi kedaulatan negeri ini. Laut
Indonesia meliputi perairan pedalaman, perairan nusantara, dan laut teritorial
(sepanjang 12 mil dari garis dasar). Disamping itu ada juga zona tambahan
Indonesia, yang memiliki hak-hak berdaulat dan kewenangan tertentu. Ada juga
Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia sejauh 200 mil dari garis pangkal, yang
mana Indonesia mempunyai hak-hak berdaulat atas kekayaan alam, kewenangan untuk
memelihara lingkungan laut, mengatur dan mengijinkan penelitian ilmiah
kelautan, memberikan ijin pembangunan pulau-pulau buatan, instalasi dan
bangunan-bangunan lainnya (Lasabuda, 2013: 2). Fungsi kedaulatan merupakan
fungsi utama yang dapat menjaga Indonesia dari ancaman bangsa lain. Tentu saja
wilayah laut, daratan, dan udara harus dijaga untuk mempertahankan kedaulatan
negara.
kridewaruci.com
Permasalahan
Saat Ini:
Indonesia masih belum dapat menjaga
kedaulatan wilayahnya secara utuh. Masih terjadi pelanggaran batas yang
dilakukan oleh negara tetangga. Misalnya pelanggaran batas yang dilakukan
Malaysia di perairan Provinsi Kalimantan Utara dan Kalimantan Barat. Selain
itu, kerap terjadi penyusupan kapal nelayan asing di wilayah laut Indonesia (illegal fishing). Wilayah laut Indonesia
yang rawan illegal fishing adalah
Laut Natuna, Laut Sulawesi bagian utara, dan Laut Arafura.
Visi
Pemerintah untuk Potensi Kedaulatan:
Untuk memperkuat visi maritim, Presiden
Joko Widodo menginginkan adanya penguatan TNI Angkatan Laut (AL) dan TNI
Angkatan Udara (AU). Joko Widodo sudah mengamanatkan Panglima TNI Gatot
Nurmantyo untuk memperkuat TNI AL dan TNI AU. Gatot pernah mengatakan bahwa
untuk mewujudkan visi poros maritim dunia, tidak ada alternatif lain kecuali mengembangkan
dan menguatkan TNI AL dan AU.
bimg.antaranews.com
Saya masih belum mendapat informasi
rinci mengenai konsep penguatan TNI AL dan TNI AU untuk menyambut visi maritim.
Meskipun demikian, Panglima TNI mengatakan bahwa TNI akan membeli kapal selam,
pesawat, dan radar baru. Selama ini, Indonesia hanya fokus membangun TNI
Angkatan Darat (AD). TNI AL dan TNI AU selalu dianaktirikan. TNI AD selalu
mendapat anggaran yang paling besar. Hal tersebut merupakan warisan
pemerintahan Soeharto yang sangat menganakemaskan TNI AD. Sebagai negara
kepulauan, sudah semestinya ketiga matra dibangun dengan seimbang.
Selain itu, ada tiga sasaran lagi yang
akan dilakukan oleh Pemerintah Indonesia terkait dengan kedaulatan maritim,
yaitu:
- Penyelesaian
pencatatan/deposit pulau-pulau kecil ke PBB (jumlahnya 17.466 pulau).
- Penyelesaian batas
maritim dengan sembilan negara tetangga.
- Pemberantasan Tindakan
Perikanan Liar.
2.
POTENSI PERIKANAN
Laut Indonesia menyimpan potensi
perikanan yang melimpah. Berdasarkan data dari Food and Agricultural
Organization (FAO) tahun 2010, Indonesia menempati peringkat kedua setelah
China dalam produksi perikanan tangkap (swa.co.id, 2014). Dari 7.000 spesies ikan
yang ada di dunia, 2.000 jenis di antaranya terdapat di perairan Indonesia.
Potensi lestari sumber daya perikanan di Indonesia mencapai 6,4 juta ton per
tahun (Lasabuda, 2013: 2). Sumberdaya ikan yang hidup di wilayah perairan
Indonesia dinilai memiliki tingkat keragaman hayati paling tinggi. Sumber daya
tersebut paling tidak mencakup 37 persen dari spesies ikan di dunia (Kantor
Menteri Negara Lingkungan Hidup, 1994).
wwf.or.id
Sumber pangan dari laut ini akan
memperkuat ketahanan pangan Indonesia. Sumber pangan dari laut seperti ikan,
udang, atau cumi-cumi dikenal memiliki sumber protein yang tinggi. Protein
merupakan zat gizi yang sangat baik bagi pertumbuhan kesehatan tubuh manusia.
Pada faktanya, pola konsumsi masyarakat Indonesia secara umum masih didominasi
oleh pangan sumber karbohidrat atau pangan nabati. Konsumsi pangan nabati
mencapai 85 persen dan hanya 15 persen yang merupakan protein hewani (repository.ipb.ac.id).
Permasalahan
Saat Ini:
Potensi kelautan dan perikanan masih
belum dimanfaatkan secara maksimal. Berdasarkan data Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional (Bappenas), kontribusi sektor perikanan terhadap PDB pada
tahun 2013 hanya sebesar 6,9 persen. Menurut Rokhmin Dahuri, Indonesia punya
potensi produksi perikanan terbesar di dunia sekitar 65 juta ton per tahun dan
baru 20 persen yang dimanfaatkan. Lebih jauh lagi, Dahuri menyatakan bahwa pertumbuhan
ekonomi yang dihasilkan sektor-sektor kelautan hanya dinikmati oleh sebagian
kecil masyarakat Indonesia dan orang-orang asing yang terlibat dalam berbagai kegiatan
ekonomi kelautan modern. Sementara mayoritas penduduk pesisir lokal masih
berada dalam kemiskinan.
Usaha untuk meningkatkan produktivitas
di sektor perikanan dan kelautan juga mendapat hambatan. Salah satu hambatan
yang mulai muncul dalam dekade terakhir ialah perubahan iklim. Perubahan iklim
ini dapat menghambat aktivitas nelayan untuk melaut, sebab nelayan seringkali
tidak melaut karena ada cuaca buruk yang sulit diprediksi kapan datangnya.
Sebuah studi yang dilakukan oleh para peneliti dari pemerintahan Amerika Serikat
dan Inggris menyimpulkan bahwa separuh dari cuaca buruk yang terjadi pada tahun
2012 terkait dengan fenomena perubahan iklim (teknologi.inilah.com, 2012).
Dampak perubahan iklim terhadap
aktivitas perikanan menurut hasil penelitian Syahailatua (2008) adalah naiknya
permukaan air laut. Naiknya suhu udara akan berdampak pada meningkatnya suhu
air, dan secara tidak langsung menambah volume air di samudera, yang
berimplikasi pada semakin tinggi paras laut. Jika hal ini berlangsung terus
menerus, maka hutan mangrove, estuari dan daerah rawa yang terdapat di kawasan
pesisir akan semakin berkurang luasnya, sehingga tingkat produktivitas perairan
juga semakin menurun.
Sektor perikanan Indonesia selama ini
juga semakin dirugikan dengan adanya illegal
fishing. Laut Indonesia sangat kaya sehingga mengundang nelayan asing untuk
menangkap ikan di wilayah ini. Menurut Direktur Jenderal Pengawasan dan
Pengendalian Sumber Daya Kelautan dan Perikanan Aji Sularso, Indonesia
mengalami kerugian sebesar Rp30 triliun setiap tahun akibat praktik illegal fishing.
beritasatu.com
Tidak hanya itu. Sebagai negara dengan
garis pantai terpanjang kedua di dunia (99.093 km), Indonesia masih
mengimpor garam. Indonesia rata-rata mengimpor 2,2 juta ton garam per tahunnya.
Selain itu, garam produksi Indonesia kualitasnya lebih rendah dibandingkan
garam produksi negara lain, karena masih diolah secara tradisional. Tentu ini
merupakan hal yang sangat miris karena Indonesia tidak mampu mengoptimalkan
potensi panjang garis pantainya.
Visi
Pemerintah untuk Sektor Perikanan:
Dalam Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019, Pemerintah memiliki empat belas kegiatan
dan sasaran untuk sektor perikanan, yaitu:
1. Pemberian akses modal, pemasaran
produk, infrastruktur, teknologi, dan pasar
2. Pembangunan 100 sentra perikanan
3. Pembangunan 24 pelabuhan strategis
4. Pemberantasan illegal, unregulated, unreported (IUU) fishing
5. Penurunan pemanfaatan di kawasan overfishing
6. Keamanan laut, daerah perbatasan
7. Pengamanan sumberdaya alam (SDA) dan
ZEE
8. Kawasan konservasi perairan
berkelanjutan seluas 17 juta ha
9. Penambahan kawasan konservasi seluas 700
ha
10. Rehabilitasi kerusakan lingkungan
pesisir
11. Best
aqua-culture practices untuk komoditas unggulan
12. Mendesain tata ruang wilayah pesisir
dan laut
13. Peningkatan produksi perikanan
(40-50 juta ton pertahun di 2019)
14. Pelabuhan dan armada perintis
3.
POTENSI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
Laut Indonesia memiliki potensi energi
dan sumber daya mineral yang besar. Di laut Indonesia, terdapat potensi minyak
dan gas yang melimpah. Sekitar 70 persen produksi minyak dan gas bumi Indonesia
berasal dari kawasan pesisir dan laut. Dari enam puluh cekungan yang potensial
mengandung minyak dan gas, empat puluh cekungan terdapat di lepas pantai, empat
belas di kawasan pesisir, hanya enam yang di daratan. Terbukti bahwa sumber
daya minyak dan gas kita lebih banyak terdapat di wilayah perairan laut.
Selain energi fosil, laut Indonesia juga
memiliki energi terbarukan. Berdasarkan data Bappenas
(perpustakaan.bappenas.go.id), ada empat energi terbarukan yang berasal dari
laut, yaitu:
1. Energi gelombang laut: Gelombang laut
adalah salah satu bentuk energi yang terjadi karena angin yang bertiup dan
menyebabkan permukaan laut bergelombang.
2. Energi pasang surut: Pasang surut
adalah perubahan atau perbedaan permukaan air laut sepanjang waktu yang
diakibatkan karena gaya gravitasi bulan dan matahari serta gerakan rotasi bumi.
3. Energi panas laut: Setiap harinya
lautan menyerap panas yang sangat besar dari matahari. Potensi energi panas
laut di Indonesia sebesar 240 ribu Megawatt (MW).
4. Energi angin: Indonesia memiliki
potensi energi angin yang besar. Potensi energi angin di Indonesia diperkirakan
sebesar 100.000 MW, dan baru dimanfaatkan sekitar 0,4 MW.
www.indoenergi.com
Selain energi-energi tersebut, peneliti
telah menemukan sumber energi baru di wilayah perairan Indonesia, yaitu gas
hidrat (sainsindonesia.co.id,
2012). Hidrat adalah gas berbentuk energi beku yang tersimpan dalam sedimen
laut dalam. Energi hidrat ditemukan di dasar perairan Aceh, selatan Sumatera,
selatan Jawa Barat, hingga Sulawesi. Potensi gas hidrat sekitar 850 TCF
terdapat di dua tempat, yaitu di perairan selatan Sumatera Selatan hingga Jawa
Barat sekitar 625,4 triliun cubic feet
(TCF) Sedangkan di perairan Sulawesi besarnya sekitar 233,2 TCF. Cadangan
sebesar itu jika diekstraksi sanggup memenuhi kebutuhan energi Indonesia hingga
ratusan tahun ke depan.
Itulah potensi energi dan sumberdaya
mineral yang terdapat di laut Indonesia. Potensinya sangat besar, bahkan lebih
besar daripada yang ada di darat. Menurut data yang dihimpun oleh Asosiasi
Energi Laut Indonesia (ASELI), potensi listrik yang dapat dihasilkan dari
energi laut kita mencapai 49 ribu megawatt (ristek.go.id, 2012).
Permasalahan
Saat Ini:
Pemanfaatan energi laut di Indonesia
masih belum optimal. Terdapat beberapa kendala, yaitu:
-Minimnya riset untuk menggali potensi
energi laut.
-Minimnya teknologi untuk mengembangkan
energi laut.
-Minimnya sumber daya manusia (SDM)
dalam negeri untuk mengelola energi laut.
-Minimnya biaya untuk mendanai riset,
pengembangan teknologi, dan pengembangan SDM.
Visi
Pemerintah untuk Sektor Energi:
Saya tidak melihat adanya niat serius
dari Pemerintah untuk mengembangkan energi terbarukan yang berasal dari laut.
Pemerintah hanya serius mengelola minyak dan gas. Berikut ini adalah arah
kebijakan Pemerintah mengenai energi:
1. Meningkatkan produksi energi primer (minyak,
gas dan batubara): lapangan baru, IOR/EOR, pengembangan gas non konvensional
(shale gas dan CBM).
2. Meningkatkan Cadangan Penyangga dan
Operasional Energi: (i) cadangan energi pemerintah; (ii) pengadaan kontrak
jangka menengah dan panjang untuk SD energi.
3. Meningkatkan peranan energi baru
terbarukan dalam bauran energi: (i) insentif dan harga yang tepat; (ii)
pemanfaatan bahan bakar nabati.
4. Meningkatkan Aksesibilitas: (i)
mendorong penggunaan SD energi utk penggunaan setempat; (ii) pemanfaatan gas
kota; (iii) konversi BBM ke BBG.
5. Peningkatan efisiensi dalam
penggunaan energi: (i) pengembangan insentif dan mekanisme pendanaan utk
teknologi hemat/efisiensi energi; (ii) audit energi; (iii) peningkatan peran
perusahaan layanan energi (ESCO).
6. Meningkatkan pengelolaan subsidi BBM
yang lebih transparan dan tepat sasaran
7. Memanfaatkan potensi Sumber Daya Air
untuk PLTA (kelistrikan)
Dalam RPJMN 2015-2019, Pemerintah juga
tidak menyebutkan secara rinci mengenai konsep pengembangan energi laut.
Pengembangan energi laut hanya disebutkan secara normatif, tanpa adanya langkah
konkret untuk implementasinya.
POTENSI
TRANSPORTASI LAUT
Transportasi laut merupakan sektor yang
penting dalam menggerakkan dan meningkatkan perekonomian/perdagangan
internasional suatu negara serta faktor pemersatu bangsa (Dewan Kelautan
Nasional, 2012). Transportasi laut memiliki keunggulan tersendiri. Menurut
Carmelita Hartoto, Ketua Umum Indonesian National Shipowner Association (INSA),
angkutan logistik paling murah untuk pendistribusian barang dan pemerataan
ekonomi di seluruh Indonesia adalah angkutan laut (inaport1.co.id, 2014). Perekonomian
Indonesia dapat lebih efisien dari segi biaya apabila distribusi barang dan
jasa menggunakan transportasi laut.
Transportasi laut memiliki keunggulan yang
tidak dapat disaingi oleh trasnportasi darat dan udara. Menurut Direktur Utama
Pelindo I Alfred Natsir, transportasi laut memiliki tiga keunggulan. Pertama, angkutan laut bisa mengangkut
barang dengan volume yang relatif lebih besar dibanding darat dan udara. Kapal
berkapasitas besar mampu mengangkut hingga ratusan ribu ton. Kedua, biaya transportasi laut lebih
murah, dengan syarat penyelenggaraannya baik. Indonesia sudah dianugerahi laut,
jadi sebenarnya tidak perlu buat rel kereta api, jalan darat, untuk mengangkut
barang ke daerah-daerah. Ketiga,
pemakaian bahan bakarnya (BBM) relatif lebih efisien. Untuk mengangkut peti
kemas dengan total berat 10.000 ton, misalnya, sebuah kapal laut hanya perlu
BBM sebanyak 65 ton untuk sekali perjalanan pulang-pergi. Sementara, untuk
kapasitas dan jarak yang sama, dibutuhkan sejumlah truk dengan total BBM yang
dihabiskan sekitar 360 ton.
Permasalahan
Saat Ini:
Industri pelayaran nasional saat ini
dalam kondisi terpuruk. Kontribusi sektor industri pelayaran terhadap PDB baru
sekitar 1,64 persen. Selain itu sebesar 95,21 persen muatan angkatan laut asing
dan 46,8 persen muatan angkutan laut dalam negeri dikuasai oleh kapal
berbendera asing dan mulai meningkat setelah asas cabotage dilaksanakan. Akibatnya, setiap tahun Indonesia membayar
kapal asing triliunan rupiah dan menghasilkan defisit pada transaksi berjalan,
yaitu membayar jasa kepada kapal luar negeri lebih besar. Ditinjau dari segi
daya saing, pangsa muatan armada kapal nasional sudah mulai berkembang
sedangkan untuk internasional masih memiliki ketergantungan pada armada asing (Dewan
Kelautan Indonesia, 2012).
Berdasarkan data Masyarakat Transportasi
Indonesia (MTI), Indonesia hanya berada di urutan ke-59 peringkat transportasi
laut dunia. Posisi Indonesia, bahkan masih di bawah negara-negara ASEAN, yakni
Singapura di posisi pertama, Malaysia (29), Thailand (38), Filipina (52), dan
Vietnam (53). Hal tersebut sangatlah disayangkan. Dengan potensi laut yang
besar, Indonesia masih kalah dengan negara-negara lain di Asia Tenggara.
Transportasi laut di Indonesia dapat
dikatakan berbiaya mahal. Sebagai gambaran, biaya pengiriman dari Jakarta ke
Papua lebih mahal daripada biaya pengiriman dari Jakarta ke Shanghai (Tiongkok).
Berikut perbandingannya:
Biaya pengiriman dari Jakarta ke Papua
lebih mahal. Sebab, saat berangkat dari Jakarta, kapal terisi 70 persen. Saat
pulang dari Papua, kapal hanya terisi 20 persen.
Mahalnya biaya transportasi laut bukan
tanpa sebab. Ketua Forum Transportasi Laut MTI, Razivwan Anwar mengatakan,
jumlah armada nasional saat ini ada 11.272 kapal. Sekitar 98 persen dari jumlah
itu, merupakan kapal tua berkapasitas kecil yang tidak dapat beroperasi secara
efektif dan efisien. Masih sedikitnya kapal yang berkapasitas besar yang juga
menjadi salah satu faktor penyebab mahalnya biaya transportasi laut. Selain
itu, faktor transportasi laut lain seperti produktivitas pelabuhan yang rendah,
mahalnya biaya tenaga kerja bongkar muat dan tentunya maraknya pungutan liar
yang menjadi penyebab mahalnya tarif tranportasi laut lainnya.
Biaya transportasi laut yang mahal juga
disebabkan oleh biaya logistik yang besar. Berdasarkan data dari Kamar Dagang
dan Industri (Kadin), biaya logistik di dalam negeri mencapai 17% dari total
biaya yang dikeluarkan pengusaha. Angka itu tergolong tinggi bila dibandingkan
dengan Jepang (5%), Singapura (6%), Filipina (7%), dan Malaysia (8%).
jurnalmaritim.com
Harus disadari bahwa sektor pelayaran
Indonesia saat ini belum menjadi sektor yang dominan dalam urusan kelautan
Indonesia. Sektor pelayaran Indonesia tidak lagi dominan seperti dulu kala.
Saat ini, kendala yang dihadapi adalah masih kurangnya kapasitas kapal
nasional, sedangkan pembangunan kapal baru dihadang tidak adanya keringanan
pajak, sulitnya kredit, serta tingginya bunga kredit untuk usaha di bidang
maritim mengingat usaha jenis ini memiliki tingkat resiko tinggi dan slow yielding (indomaritimeinstitute.org,
2012). Untuk angkutan domestik, armada nasional baru mampu mengangkut sekitar
60 persen. Peranan armada nasional dalam angkutan laut internasional baik
ekspor maupun impor menunjukkan kenyataan yang lebih memprihatinkan, karena
pemberlakuan prinsip Freight on Board
(FoB), bukan Cost and Freight (CnF).
Dari ekspor dan impor nasional, armada Indonesia hanya kebagian jatah sekitar
10 persen, mengakibatkan kerugian devisa sebesar 40 miliar dolar AS.
Visi
Pemerintah untuk Transportasi Laut:
Pemerintah memiliki paradigma baru untuk
mengatasi masalah transportasi nasional saat ini, yaitu:
Pemerintah memiliki jurus ampuh untuk mengatasi
masalah transportasi nasional, yaitu dengan membangun Tol Laut. Definisi Tol
Laut adalah konektivitas laut yang efektif berupa adanya kapal yang melayari
secara rutin dan terjadwal dari barat sampai ke timur Indonesia.
Program ini sebetulnya sudah digagas
oleh PT. Pelindo I, II, III, dan IV yang dinamakan Pendulum Nusantara, namun
tidak ada pemimpin yang punya political
will untuk mewujudkannya. Tol Laut akan memudahkan seseorang atau barang
untuk pindah dari satu titik ke titik lain di wilayah Indonesia dengan cepat
dan murah.
Tol Laut muncul karena biaya
transportasi yang mahal di Indonesia. Tol Laut akan menyamaratakan harga-harga
barang di seluruh wilayah Indonesia. Seperti yang kita tahu, terjadi perbedaan
harga barang di wilayah barat Indonesia dengan wilayah timur Indonesia. Sebagai
contoh, di Pulau Jawa harga satu sak semen sekitar Rp60 ribu rupiah. Di Papua,
harga satu sak semen mencapai Rp2 juta. Dengan adanya Tol Laut, harga-harga
paling tidak akan tidak jauh berbeda. Selain itu, dapat dimungkinkan
perpindahan manusia dengan murah dan cepat di seluruh wilayah Indonesia.
Tol Laut terdiri dari lima elemen,
yaitu:
-Pelabuhan yang handal
-Inland
akses yang efektif
-Kecukupan muatan barat-timur dan timur-barat
-Industri pelayaran
-Pelayaran rutin dan berjadwal
Untuk menyukseskan Tol Laut, dibutuhkan
berbagai sarana dan prasarana sebagai berikut:
-24 pelabuhan (5 pelabuhan hub dan 19 pelabuhan feeder)
-250 kapal Angkutan Sungai, Danau, dan
Penyeberangan (ASDP)
-260 kapal perintis
-3.000 kapal pelayaran rakyat
-14.300 kapal niaga
Penutup
Tulisan di atas merupakan sekilas realita
pembangunan kelautan beserta potensi kelautan yang dimiliki Indonesia. Masih
banyak realita dan potensi selain yang sudah saya jelaskan di atas. Dengan
tulisan ini, paling tidak dapat menambah wawasan kita tentang maritim. Semoga
tulisan ini bermanfaat untuk membangkitkan kembali budaya maritim kita.
Jalesveva Jahamahe!
Sumber:
antaranews.com/print/365767/komisi-v-transportasi-laut-indonesia-terpuruk
Dewan
Kelautan Indonesia. 2012. Penyusunan
Kembali Rancangan (Redesign) Peraturan Perundang-Undangan di Bidang Pelayaran.
www.dekin.kkp.go.id/download_arsip.php?id=20130226114653224356470055790502260091851252.
inaport1.co.id.
2014, 28 Mei. Pemerintah Harus Serius
Kelola Transportasi Laut. http://www.inaport1.co.id/?p=5886.
indomaritimeinstitute.org.
2010, 9 Juli. Sejarah Maritim yang
Terlupakan.
megapolitan.kompas.com/read/2013/02/14/1459412/Tarif.Transportasi.Laut.Indonesia.Mahal
Lasabuda,
Ridwan. 2013. Pembangunan Wilayah Pesisir dan Lautan dalam Perspektif Negara
Kepulauan Republik Indonesia. Jurnal
Ilmiah Platax, Vol. I-2, Januari 2013.
perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/blob/F6801/Energi%20Laut%20dan%20Dilema%20Subsidi%20BBM-MI.htm
repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/55248/BAB%20I%20Pendahuluan.pdf?sequence=2
ristek.go.id.
2012, 9 April. Analisis Data Peta Potensi
dan Penguatan Regulasi Energi Laut Indonesia. http://ristek.go.id/index.php/module/News+News/id/10767
Rompas, Rizald Max.
2011. Membangun Laut Membangun
Kejayaan: Dulu, Kini, dan Masa
Depan. Jakarta:
Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik.
swa.co.id.
2014, 28 Maret. Produk Udang Indonesia Sangat Diminati Buyer di AS. http://swa.co.id/corporate/produk-udang-indonesia-sangat-diminati-buyer-di-as?mobile=on.
Syahailatua, Augy. 2008. Dampak
Perubahan Iklim Terhadap Perikanan. Oseana,
Volume XXXIII, Nomor 2, Tahun 2008.
teknologi.inilah.com/read/detail/2026823/cuaca-buruk-2012-karena-efek-perubahan-iklim#.UqCc4dJdVMY
ugm.ac.id/id/berita/8334-pembangunan.kelautan.indonesia.belum.optimal
Ayo ajukan Kartu Kredit Citibank sekarang
BalasHapus