Pemerintahan baru
resmi terbentuk di tahun 2014. Sebagai Presiden Republik Indonesia ketujuh,
Joko Widodo mencanangkan sebuah “visi baru”, yaitu visi maritim. Presiden ingin
menjadikan Indonesia sebagai negara maritim yang mandiri, maju, dan kuat, dan
berdasarkan kepentingan nasional. Visi ini sangat tepat bagi Indonesia, karena
Indonesia memiiliki potensi yang besar di bidang maritim.
Sebagai negara
kepulauan terbesar di dunia, Indonesia belum dapat dijuluki sebagai negara
maritim. Negara maritim adalah
negara yang menguasai semua kekuatan strategis di lautan yang didukung oleh
kekuatan maritim baik itu armada perdagangan, armada perang, industri maritim
serta kebijakan pembangunan negara yang berbasis maritim (Dewan Kelautan
Indonesia, 2012). Indonesia sama sekali
belum menguasai seluruh potensi yang ada di lautnya.
Dahulu kala,
Bangsa Indonesia pernah berjaya melalui Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit. Kedua
Kerajaan tersebut mampu menguasai laut untuk kesejahteraan penduduknya. Ketika
Bangsa Belanda masuk ke wilayah Nusantara, budaya maritim kita perlahan
dihilangkan. Hal tersebut berlanjut hingga saat ini. Indonesia hanya fokus pada
pembangunan daratan, sehingga melupakan lautnya.
Laut Indonesia
memiliki potensi yang sangat besar. Menurut Max Rompas (2011), laut Indonesia
dapat menghasilkan PDB sebesar 7.200 triliun rupiah per tahunnya. Sedikitnya
ada sebelas sektor yang dapat dikembangkan di laut Indonesia, yaitu: (1)
perikanan tangkap, (2) perikanan budidaya, (3) industri pengolahan hasil
perikanan, (4) industri bioteknologi kelautan, (5) energi dan sumber daya mineral
(ESDM), (6) sumber daya alam (SDA) nonkonvensional, (7) kehutanan pesisir, (8)
transportasi laut, (9) industri dan jasa maritim, (10) sumber daya wilayah
pulau-pulau kecil, dan (11) wisata bahari.
Kali ini, saya
akan membahas salah satu potensi kelautan yang dimiliki oleh Indonesia, yaitu
wisata bahari. Sebagai seorang peransel, saya berpendapat bahwa wisata bahari belum
dikelola secara maksimal. Padahal, wisata bahari Indonesia menyimpan potensi
ekonomi besar yang sangat berguna untuk kesejahteraan rakyat. Saya pribadi
lebih sering main ke gunung atau wisata kota. Mulai sekarang, sudah saatnya saya
mulai mencoba pantai dan laut sebagai destinasi favorit.
Wisata bahari
merupakan salah satu bagian dari kepariwisataan Indonesia. Sebelum membahas
wisata bahari, saya akan memberikan sedikit gambaran umum mengenai kondisi
kepariwisataan di Indonesia, sebagai berikut:
Kondisi Kepariwisataan di Indonesia Secara Umum
Indonesia
merupakan negara yang memiliki keindahan alam dan budaya yang beragam.
Indonesia memiliki bentang alam yang relatif lengkap. Terdapat bentang alam
yang memiliki potensi keindahan, seperti: pegunungan, hutan hujan tropis,
sungai, danau, padang rumput, gurun, pesisir, dan laut. Indonesia juga memiliki
beragam budaya. Indonesia kaya akan seni tradisi, tarian, musik etnik, atau upacara
adat. Seluruh potensi tersebut dapat dikembangkan menjadi suatu daya tarik
wisata. Dalam hal ini, Indonesia sangat beruntung, karena dikaruniai potensi
wisata yang sangat melimpah.
Pariwisata telah
menghasilkan manfaat ekonomi bagi masyarakat Indonesia. Hal tersebut dapat
dilihat dari devisa yang dihasilkan. Pada tahun 2014, sektor pariwisata
memberikan devisa sebesar US$ 11,01 miliar (Kementerian Pariwisata, 2014).
Devisa pariwisata merupakan yang terbesar ke-4 setelah devisa dari minyak dan
gas bumi, batubara, dan minyak kelapa sawit. Selain itu, produk domestik bruto
(PDB) sektor pariwisata di tahun 2014 mencapai sekitar 390 triliun rupiah.
Meskipun
pariwisata meyimpan potensi ekonomi yang besar, namun sektor ini belum digarap
secara maksimal. Kontribusi PDB pariwisata terhadap total PDB Indonesia masih
belum maksimal. Dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya, kontribusi PDB
pariwisata Indonesia masih relatif rendah. Berikut datanya:
Tabel 1. Kontribusi PDB Pariwisata Terhadap Total PDB
Beberapa Negara ASEAN Tahun 2014
Negara
|
Kontribusi (persen)
|
Malaysia
|
10,4
|
Thailand
|
9,4
|
Singapura
|
4,5
|
Indonesia
|
3,6
|
Sumber: World
Tourism Organization (2014).
Pada tahun 2014,
terdapat sekitar 250 juta perjalanan wisata yang dilakukan oleh wisatawan domestik.
Selain itu, terdapat sekitar 9,4 juta wisatawan mancanegara yang mengunjungi
Indonesia. Lagi-lagi, jumlah tersebut masih kalah jika dibandingkan dengan
jumlah kunjungan wisatawan mancanegara di negara-negara ASEAN lainnya. Padahal,
dapat dikatakan Indonesia memiliki wilayah yang lebih luas dan destinasi wisata
yang lebih banyak. Berikut adalah data mengenai jumlah wisatawan mancanegara yang
mengunjungi beberapa negara ASEAN pada tahun 2014:
Tabel 2. Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara di Beberapa
Negara ASEAN Tahun 2014
Negara
|
Jumlah Kunjungan
|
Malaysia
|
27,4 juta
|
Thailand
|
24,7 juta
|
Singapura
|
11,8 juta
|
Indonesia
|
9,4 juta
|
Total ASEAN
|
96,7 juta
|
Sumber: World
Tourism Organization (2014).
Jumlah kunjungan
wisatawan mancanegara di Indonesia lebih rendah dibandingkan dengan yang ada di
negara ASEAN lainnya. Hal tersebut dapat disebabkan oleh rendahnya daya saing
pariwisata Indonesia. Berdasarkan survei World Economic Forum (WEF) pada tahun
2013, nilai indeks daya saing kepariwisataan Indonesia adalah sebesar 4,03
(Kementerian Pariwisata, 2014). Hal tersebut membuat Indonesia menempati
peringkat ke-70 dari 140 negara. Dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lain,
Indonesia masih tertinggal. Singapura berada di peringkat 10, Malaysia di
peringkat 34, dan Thailand di peringkat 43 (Direktorat Jenderal Kerja Sama ASEAN, 2015).
Menurut survei WEF
tersebut, sebetulnya Indonesia dinilai kompetitif dalam hal persaingan harga,
baik hotel, tiket, airport tax,
maupun harga bahan bakar. Di sisi lain, terdapat tiga aspek pariwisata
Indonesia yang memiliki nilai terendah, yakni infrastruktur dengan indeks 2,1
dari skala 6, ICT (Information and Communication Technology) dengan indeks 2,7
dari skala 6, serta kesehatan dan kebersihan dengan indeks 2,9 dari skala 6 (Direktorat Jenderal Kerja Sama ASEAN, 2015). Ketiga
aspek tersebut menjadi permasalahan yang menghambat pembangunan pariwisata di
Indonesia.
Bagaimana dengan Wisata Bahari?
Wisata bahari
merupakan salah satu bagian dari kepariwisataan Indonesia. Sebelum membahas
wisata bahari, saya akan memberikan sedikit gambaran umum mengenai kondisi
wisata bahari di Indonesia, sebagai berikut:
Wisata bahari
merupakan wisata yang berbasis laut. Orams (1999) seperti dikutip dari Jennings
(2007), mendefinisikan wisata bahari sebagai berikut:
“Marine tourism
includes those recreational activities that involve travel away from one’s
place of residence and which have as their host or focus the marine environment
(where the marine environment is defined as those waters which are saline and
tide-affected).”
Berdasarkan
definisi Orams, wisata bahari didefinisikan sebagai aktivitas berpergian menuju
ke daerah laut atau wisata yang berfokus di wilayah laut.
Kontribusi ekonomi
wisata bahari terhadap pariwisata Indonesia masih relatif rendah. Menteri
Pariwisata Arief Yahya mengatakan bahwa wisata bahari hanya menyumbang 10
persen dari total pendapatan pariwisata nasional. Di saat yang sama, negara
tetangga Malaysia sudah berhasil mengembangkan wisata baharinya hingga
berkontribusi sebesar 40 persen terhadap total pendapatan pariwisata. Padahal,
Indonesia memiliki laut yang lebih luas dan garis pantai yang lebih panjang
daripada Malaysia. Jika dikelola secara optimal, wisata bahari Indonesia dapat
menghasilkan pendapatan sebesar sebesar US$54.3 miliar per tahun (Lasabuda,
2013).
Sebenarnya Indonesia
cukup dikenal di dunia internasional akan potensi wisata baharinya. Setidaknya,
terdapat lima puluh titik destinasi wisata bahari bertaraf internasional di
dunia. Tiga di antaranya berada di Indonesia, yaitu: Tulamben (Bali), Bunaken,
dan Wakatobi (Bappenas, 2014). Destinasi wisata bahari yang dimiliki Indonesia
tentu saja lebih banyak daripada itu. Indonesia memiliki laut seluas 5,8 juta
km2, 17.508 pulau, dan garis pantai sepanjang 99.093 km2. Dasar
laut Indonesia juga memiliki kekayaan yang tersembunyi. Terdapat peninggalan
budaya bawah air berupa kapal karam dan muatan berharga dari abad ke-4 hingga
era Perang Dunia Kedua. Selain itu, Indonesia memiliki 51
persen terumbu karang di kawasan Asia Tenggara (Direktorat Jenderal Kerja Sama
ASEAN, 2015).
Wisata bahari menjadi
salah satu kegiatan yang dilakukan oleh wisatawan mancanegara di Indonesia. Wisatawan
mancanegara yang memilih wisata bahari mencapai 30 persen dari total kunjungan
wisata tahun 2013. Data Kementerian Pariwisata menunjukan bahwa pendapatan
negara yang dihasilkan dari aktivitas wisata bahari wisatawan mancanegara mencapai
US$ 3,09 juta atau sekitar Rp. 37,15 triliun.
What to do in
marine tourism?
Banyak hal yang
dapat dilakukan wisatawan dalam aktivitas wisata bahari. Secara umum, wisata
bahari dibagi menjadi tiga bagian, sebagai berikut:
Dari ketiga jenis
wisata bahari ini, bentang pesisir pantai merupakan wilayah yang paling sering
menjadi “tempat bermain” wisatawan. Di Indonesia, 60 persen wisatawan memilih
menghabiskan waktu di bentang pesisir pantai ketika melakukan wisata bahari.
Jumlah ini disusul oleh bentang laut sebesar 25 persen dan kegiatan di kolam
air dan dasar sebesar 15 persen
(wisataweb.com/wisata-lokal/indonesia-akan-menggenjot-potensi-wisata-bahari).
Menurut Rokhmin
Dahuri (mantan Menteri Kelautan dan Perikanan RI), ada sebelas kegiatan yang
dapat dilakukan dalam wisata bahari, yaitu: (1) sunbathing at the beach or pool; (2) ocean or freshwater swimming; (3) beachside and freshwater sports such as water scooter, sausage boat,
water tricycle, wind surfing, surfboarding, paddle board, parasailing,
kayacking, catamarans, etc; (4) pleasure
boating; (5) ocean yachting; (6) cruising; (7) fishing; (8) diving,
snorkeling, glass boat viewing and underwater photography; (9) marine parks; (10) canoeing; and (11) coastal
parks, wild life reserves, rain forest, gardens and trails, fishing villages
(rokhmindahuri.wordpress.com). Relatif banyak kegiatan yang dapat dilakukan
oleh wisatawan dalam aktivitas wisata bahari. Tentu saja hal itu menjadi daya
tarik bagi wisatawan jika mereka memilih wisata bahari sebagai kegiatan wisata
mereka.
Peluang Wisata Bahari Indonesia
Secara umum,
sektor pariwisata akan menjadi sektor unggulan bagi perekonomian global. Sesuai
catatan Global Trend in Coastal Tourism
tahun 2007, pariwisata akan menjadi salah satu industri paling besar di dunia
yang menyumbang 10 persen PDB negara dan menyerap 1/12 pasar tenaga kerja. Saat
ini, pariwisata menjadi sumber devisa utama bagi 2/3 negara berkembang di
dunia. Proyeksi pertumbuhan pariwisata global sampai 2020 akan terus meningkat
karena pertumbuhan kelas menengah baru yang melakukan perjalanan wisata (Bappenas, 2014).
Prospek yang sama
juga akan dialami oleh wisata bahari. Wisata bahari merupakan segmen industri
tertua dan terbesar. Pada abad ke-19, wisata bahari hanyalah pasar untuk segmen
orang kaya di Eropa dan Amerika Serikat. Pada abad ke-20, pasar wisata bahari
mulai melebar ke segmen pasar yang lebih luas, bukan lagi dinikmati oleh
kalangan kaya. Dan di era sekarang, ada tiga tren yang membuat wisata bahari.
Pertama, mulai muncul segmen niche market
atau luxury market di dunia
pariwisata dengan menggunakan kapal wisata, yacht,
cruise, dan seaplane. Kedua, terjadi pergeseran paradigma dari mass tourism menjadi special interest oleh segmen pasar
tertentu. Ketiga, terjadi peningkatan signifikan dalam investasi pariwisata
pulau-pulau kecil di seluruh dunia (Center on Ecotourism and Sustainable
Development, 2007). Pada tahun 2020, diperkirakan wisata bahari menjadi pasar
yang sudah matang (matured as market).
Peluang ini tentu
saja harus ditangkap oleh Indonesia untuk mengembangkan wisata baharinya.
Diperkirakan, Indonesia akan mendapat peluang dari wisata cruise dan wisata yacht.
Wisata cruise menjadi segmen pasar
dengan pertumbuhan tercepat dan paling menguntungkan. Saat ini, 50 persen pasar
wisata cruise berada di kawasan
Karibia. Saat ini, pasar sedang mencari destinasi cruise baru dengan ukuran kapal yang semakin besar (kelas mega cruise ship/minimal 2500
penumpang). Begitu pula dengan tren wisata yacht. Saat ini, diperkirakan
terdapat sekitar 10 juta kapal wisata di seluruh dunia. Dari jumlah itu, sekitar
50.000 kapal yacht berlayar di perairan
Asia Tenggara dan Pasifik setiap tahunnya. Paling tidak, Indonesia diharapkan
dapat menyerap sekitar 10.000 kunjungan kapal (Bappenas, 2014).
Hal tersebut
dinilai logis. Seiring bergesernya ekonomi dunia ke kawasan Asia-Pasifik,
jumlah lalu lintas kapal yang melintasi wilayah tersebut juga akan meningkat
(sekitar 70 persen lalu lintas kapal akan melewati perairan Asia-Pasifik).
Kawasan perairan Indonesia akan dilintasi sekitar 75 persen arus lalu lintas
kapal Asia-Pasifik. Tentu saja hal tersebut merupakan peluang bagi Indonesia,
salah satunya untuk mengembangkan wisata bahari. Hal tersebut diperkuat oleh
pernyataan Koordinator Perencana Utama Bappenas Bidang Pariwisata, I Dewa Gde Sugihamretha sebagai berikut: "Pandangannya wisata di Atlantik adalah
masa lalu, Mediterania masa kini, dan Pasifik adalah masa depan. Jadi mulai
sekarang kita harus fokus agar tidak kehilangan peluang,".
(antaranews.com)
Hambatan Pengembangan Wisata Bahari di Indonesia
Wisata bahari
Indonesia menyimpan potensi yang sangat besar. Meskipun demikian, sektor ini
belum dikelola dengan optimal. Menurut Kementerian Pariwisata, ada empat
hambatan dalam pengembangan wisata bahari, yaitu:
•Belum
terbentuknya sistem pengembangan pariwisata yang terintegrasi dengan
infrastruktur, organisasi pengelolaan, dan sistem pemasaran terpadu
•Rendahnya
kesadaran masyarakat dan investor dalam negeri dalam mengembangan sumber daya
laut.
•Citra keamanan
nasional dan pengelolaan sumber daya laut yang rendah
•Peralatan wisata
bahari digolongkan sebagai barang mewah sehingga pajak mahal.
Sesuai dengan
survei WEF mengenai indeks daya saing kepariwisataan yang sudah saya jelaskan,
terdapat tiga kekurangan dalam kepariwisataan Indonesia. Pertama, infrastruktur
dengan indeks 2,1 dari skala 6. Kedua, ICT (Information
and Communication Technology) dengan indeks 2,7 dari skala 6. Ketiga,
kesehatan dan kebersihan dengan indeks 2,9 dari skala 6 (Direktorat Jenderal Kerja Sama ASEAN, 2015). Ketiga
indikator tersebut merupakan hambatan dalam pengembangan pariwisata Indonesia,
termasuk wisata bahari.
Visi Pemerintah untuk Pengembangan Wisata Bahari
Di era
Pemerintahan Kabinet Kerja periode 2014-2019, pariwisata merupakan salah satu
kegiatan prioritas yang akan dikembangkan. Pemerintah menyadari bahwa Indonesia
memiliki potensi wisata yang beragam yang dapat dikembangkan untuk
kesejahteraan masyarakat. Pemerintah, dalam hal ini Kementerian Pariwisata
telah mencanangkan target pembangunan pariwisata sebagai berikut:
Sesuai dengan visi
poros maritim dunia yang dicanangkan, wisata bahari akan menjadi prioritas
Pemerintah. Wisata bahari telah menjadi menjadi prioritas pembangunan kelautan
nasional dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019.
Selain bermanfaat untuk pembangunan ekonomi, wisata bahari juga berfungsi untuk
membangkitkan kembali budaya bahari Bangsa Indonesia. Indonesia telah
mencanangkan branding “Wonderful
Indonesia” yang mengedepankan wisata budaya, alam, dan buatan manusia.. Berikut
ini adalah porsi wisata bahari dalam kepariwisataan nasional:
Wisata bahari
masuk ke dalam wisata alam dan akan mengisi 35 persen dari seluruh aktivitas
wisata alam. Dengan demikian, wisata bahari akan menjadi kontributor pariwisata
terbesar ke-3 setelah wisata belanja dan kuliner serta wisata warisan budaya,
sejarah, dan religi.
Pemerintah telah
mencanangkan target wisata bahari hingga tahun 2019, sebagai berikut:
Kementerian
Pariwisata telah memproyeksikan target kunjungan wisatawan mancanegara yang
melakukan wisata bahari. Pada tahun 2019, ditargetkan ada 4 juta wisatawan
mancanegara. (wartaekonomi.co.id). Diharapkan, wisata bahari dapat menyumbang
devisa sebesar USD4 miliar pada tahun 2019.
Menteri Pariwisata
Arief Yahya mengatakan, pada tahun pertama pihaknya akan mengembangkan 8
kawasan strategis pariwisata nasional (SKPN) khusus bahari. Selain itu pemerintah
akan membangun 100 marina, 10 pelabuhan kapal pesiar yang memungkinkan untuk
menampung 800 call, serta 45 destinasi selam. Sejauh ini, saya belum menemukan
dokumen atau informasi mengenai SKPN, lokasi marina, lokasi pelabuhan kapal
pesiar, serta destinasi selam yang akan dikembangkan. Untuk memudahkan hal ini,
Pemerintah sudah melonggarkan aturan mengenai perijinan kapal layar dan yacht untuk memasuki perairan Indonesia.
Ada empat arah
kebijakan dari Kementerian Pariwisata untuk mewujudkan target wisata bahari
tersebut, yaitu:
1. Pembangunan Destinasi Pariwisata:
meningkatkan daya tarik daerah tujuan wisata bahari sehingga berdaya saing di
dalam negeri dan di luar negeri.
2. Pemasaran Pariwisata Nasional:
mendatangkan sebanyak mungkin wisatawan mancanegara dan mendorong peningkatan
wisatawan nusantara.
3. Pembangunan Industri Pariwisata:
meningkatkan partisipasi usaha lokal dalam industri pariwisata nasional serta
meningkatkan keragaman dan daya saing produk/jasa pariwisata nasional di setiap
destinasi periwisata yang menjadi fokus pemasaran.
4. Pembangunan Kelembagaan Pariwisata:
membangun sumber daya manusia pariwisata serta organisasi kepariwisataan
nasional.
Selain empat arah
kebijakan, Kementerian Pariwisata juga telah menyiapkan strategi untuk
mengembangkan pariwisata Indonesia, yaitu:
Wisata bahari,
atau kepariwisataan di Indonesia secara umum, masih terkendala oleh
aksesibilitas dan infrastruktur. Niat wisatawan untuk menuju ke suatu destinasi
terhambat karena minimnya transportasi dan infrastruktur. Masalah ini bukan
hanya kewenangan Kementerian Pariwisata, namun juga perlu melibatkan
Kementerian lainnya. Untuk menyiasati hal tersebut, Pemerintah akan menyiapkan
moda transportasi (darat, laut, dan udara) dan infrastruktur penunjangnya,
sebagai berikut:
Transportasi
|
Infrastruktur
|
2014
|
Target
2019
|
Darat
|
Pengembangan jalan nasional
|
38.570 km
|
45.592 km
|
Pembangunan jalan baru
|
1.202 km
|
2.650 km
|
|
Pengembangan jalan tol
|
807 km
|
1.000 km
|
|
panjang jalur kereta api
|
5.434 km
|
8.692 km
|
|
Laut
|
Pengembangan pelabuhan
|
278
|
450
|
Jumlah Dermaga Penyeberangan
|
210
|
275
|
|
Udara
|
Jumlah bandara
|
237
|
252
|
Transportasi dan
infrastruktur memang menjadi lokomotif perekonomian bagi sautu negara. Dengan
adanya transportasi dan infrastruktur yang memadai, maka arus perpindahan
barang/manusia dapat lebih cepat, mudah, murah, dan lancar. Hal itu akan
meningkatkan daya saing ekonomi negara, termasuk dalam hal pariwisata. Bagi
wisatawan, akses yang cepat, murah, mudah, dan lancar menuju destinasi wisata
tentu saja menjadi harapan.
Dari moda
transportasi darat, Pemerintah sudah berencana untuk menambah panjang jalan,
terutama jalan-jalan strategis yang menuju ke destinasi wisata unggulan. Selain
itu, Pemerintah sudah menggodok rencana pembangunan transportasi keretaapi di
Pulau Sumatra, Kalimantan, Bali, Sulawesi, dan Papua. Keretaapi merupakan
transportasi yang sangat penting. Tidak ada negara atau wilayah yang maju tanpa
adanya keretaapi. Transportasi kereta api dikenal cepat dalam mendistribusikan
barang/jasa. Berikut ini adalah skema pembangunan transportasi keretaapi di
Indonesia:
Transportasi laut
juga memiliki peran signifikan dalam distribusi barang/jasa di Indonesia.
Transportasi laut dikenal memiliki biaya yang paling murah. Sebagai negara
kepulauan dan memiliki laut yang luas, tentu saja transportasi laut menjadi
urat nadi bagi masyarakat Indonesia. Sebelumnya, Pemerintah sudah mencanangkan
pembangunan Tol Laut. Selain untuk memudahkan distribusi barang/jasa, Tol Laut
juga didesain untuk memudahkan akses wisatawan untuk berwisata. Pemerintah
sudah menggodok tujuh jalur wisata bahari sebagai berikut:
Pemerintah juga
mengembangkan moda transportasi udara. Moda transportasi ini dikenal paling
cepat dalam mendistribusikan barang/jasa. Pemerintah sudah menyiapkan rencana
untuk membangun 15 bandara baru, yaitu: Letung (Kepulauan Riau), Kertajati
(Jawa Barat), Tambelan (Kalimantan Barat), Tebellan (Kalimantan Barat), Muara
Teweh (Kalimantan Tengah), Samarinda Baru (Kalimantan Timur), Maratua
(Kalimantan Utara), Miangas (Sulawesi Utara), Siau (Sulawesi Utara), Morowali
(Sulawesi Tengah), Buntu Kunik (Sulawesi Selatan), Kabir-Patar (Nusa Tenggara
Timur), Namniwel (Maluku), Werur (Papua), dan Koroway Batu (Papua). Berikut
skemanya:
Selain itu, untuk
mempermudah aksesibilitas, Kementerian Pariwisata sudah menandatangai kerjasama
dengan PT. Pelayaran Indonesia (Pelni) dan PT. Garuda Indonesia. PT. Pelni sudah
meyiapkan beberapa paket wisata bahari. Destinasi yang menjadi paket wisata PT.
Pelni adalah Wakatobi, Takabonerate, Anambas, Labuan Bajo, Togean, Tomini,
Banda Neira, dan Bunaken. Pelni memberikan fasilitas kepada wisatawan, berupa:
kamar serupa hotel terapung, fasilitas untuk bersanta, tempat ibadah, hingga
kuliner lezat.
Begitu juga dengan
PT. Garuda Indonesia. PT. Garuda berkomitmen untuk mempermudah akses
transportasi udara antarpulau di Indonesia, khususnya wilayah Indonesia bagian
timur. Perusahaan ini juga mengoperasikan pesawat penumpang regional untuk
bepergian jarak pendek, seperti jenis ATR dan CRJ khusus wilayah-wilayah yang
memiliki lapangan terbang kecil.
Destinasi Unggulan yang akan dikembangkan:
Wilayah
|
Destinasi
|
Sumatra
|
Weh-Sabang
|
Nias
|
|
Mentawai
|
|
Mandeh
|
|
Tanjung Kelayang
|
|
Lagoi
|
|
Natuna-Anambas
|
|
Batam
|
|
Tanjung Setia
|
|
Kalianda
|
|
Jawa
|
Kepulauan Seribu
|
Pangandaran
|
|
Karimun Jawa
|
|
Tanjung Lesung
|
|
Gunung Kidul
|
|
Ujung Kulon
|
|
Krakatau
|
|
Grajagan
|
|
Bawean
|
|
Pulau Biawak
|
|
Kalimantan
|
Derawan
|
Kumai
|
|
Sulawesi
|
Bunaken
|
Wakatobi
|
|
Selayar
|
|
Togean
|
|
Tomini
|
|
Bau-bau
|
|
Makassar
|
|
Kepulauan Maluku
|
Ambon
|
Kepulauan Banda
|
|
Saumlaki
|
|
Morotai
|
|
Buru selatan
|
|
Sawai
|
|
Papua
|
Rajaampat
|
Biak Numfor
|
|
Owi
|
|
Padaido
|
|
Kepulauan Sunda Kecil
|
Alor
|
Pulau komodo
|
|
Moyo
|
|
Pulau Kenawa
|
|
Lembata
|
|
Kupang
|
|
Maumere
|
|
Ende
|
|
Sawu
|
|
Sumba
|
|
Gili Tramena
|
|
Rote
|
|
Labuan Bajo
|
|
Riung
|
Sumber:
antaranews.com/berita/476994/potensi-pariwisata-kepulauan-indonesia-rp4000-triliun
Bappenas. 2014. Konsep
Mainstreaming Ocean Policy ke Dalam Rencana Pembangunan Nasional.
Center on Ecotourism and Sustainable Development.
2007. Global Trends in Coastal Tourism
Dewan Kelautan Indonesia. 2012. Penyusunan Kembali Rancangan (Redesign)
Peraturan Perundang-Undangan di Bidang Pelayaran. www.dekin.kkp.go.id/download_arsip.php?id=20130226114653224356470055790502260091851252.
Direktorat Jenderal Kerja Sama ASEAN. 2015. Paradigma Baru Pariwisata Indonesia.
MASYARAKAT ASEAN, Edisi 7 Maret 2015. (pp. 18-19).
Jennings, Gayle. 2007. Water-Based Tourism, Sport,
Leisure, and Recreation Experiences. Dalam Jennings, Gayle. (Ed.). Water-Based Tourism, Sport, Leisure, and
Recreation Experiences. (pp. 1-16). Oxon: Taylor & Francis.
Kementerian Pariwisata. 2014. Laporan Kinerja Kementerian Pariwisata Tahun 2014.
Lasabuda, Ridwan. 2013. Pembangunan Wilayah Pesisir
dan Lautan dalam Perspektif Negara Kesatuan Republik Indonesia. Jurnal Ilmiah Platax, Vol. I-2, Januari
2013.
Rompas, Rizald Max. 2011. Membangun Laut Membangun Kejayaan: Dulu, Kini, dan Masa
Depan. Jakarta: Direktorat Jenderal Informasi dan
Komunikasi Publik.
wartaekonomi.co.id/read/2015/07/29/66317/menpar-porsi-pengembangan-wisata-bahari-35-persen.html
wisataweb.com/wisata-lokal/indonesia-akan-menggenjot-potensi-wisata-bahari
World Tourism Organization. 2014. Tourism Highlights, 2015 Edition.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar