Rabu, 07 Oktober 2015

Visi Maritim Indonesia: Bagaimana dengan Wisata Bahari?


Pemerintahan baru resmi terbentuk di tahun 2014. Sebagai Presiden Republik Indonesia ketujuh, Joko Widodo mencanangkan sebuah “visi baru”, yaitu visi maritim. Presiden ingin menjadikan Indonesia sebagai negara maritim yang mandiri, maju, dan kuat, dan berdasarkan kepentingan nasional. Visi ini sangat tepat bagi Indonesia, karena Indonesia memiiliki potensi yang besar di bidang maritim.

Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia belum dapat dijuluki sebagai negara maritim. Negara maritim adalah negara yang menguasai semua kekuatan strategis di lautan yang didukung oleh kekuatan maritim baik itu armada perdagangan, armada perang, industri maritim serta kebijakan pembangunan negara yang berbasis maritim (Dewan Kelautan Indonesia, 2012). Indonesia sama sekali belum menguasai seluruh potensi yang ada di lautnya. 

Dahulu kala, Bangsa Indonesia pernah berjaya melalui Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit. Kedua Kerajaan tersebut mampu menguasai laut untuk kesejahteraan penduduknya. Ketika Bangsa Belanda masuk ke wilayah Nusantara, budaya maritim kita perlahan dihilangkan. Hal tersebut berlanjut hingga saat ini. Indonesia hanya fokus pada pembangunan daratan, sehingga melupakan lautnya.

Laut Indonesia memiliki potensi yang sangat besar. Menurut Max Rompas (2011), laut Indonesia dapat menghasilkan PDB sebesar 7.200 triliun rupiah per tahunnya. Sedikitnya ada sebelas sektor yang dapat dikembangkan di laut Indonesia, yaitu: (1) perikanan tangkap, (2) perikanan budidaya, (3) industri pengolahan hasil perikanan, (4) industri bioteknologi kelautan, (5) energi dan sumber daya mineral (ESDM), (6) sumber daya alam (SDA) nonkonvensional, (7) kehutanan pesisir, (8) transportasi laut, (9) industri dan jasa maritim, (10) sumber daya wilayah pulau-pulau kecil, dan (11) wisata bahari.

Kali ini, saya akan membahas salah satu potensi kelautan yang dimiliki oleh Indonesia, yaitu wisata bahari. Sebagai seorang peransel, saya berpendapat bahwa wisata bahari belum dikelola secara maksimal. Padahal, wisata bahari Indonesia menyimpan potensi ekonomi besar yang sangat berguna untuk kesejahteraan rakyat. Saya pribadi lebih sering main ke gunung atau wisata kota. Mulai sekarang, sudah saatnya saya mulai mencoba pantai dan laut sebagai destinasi favorit.

Wisata bahari merupakan salah satu bagian dari kepariwisataan Indonesia. Sebelum membahas wisata bahari, saya akan memberikan sedikit gambaran umum mengenai kondisi kepariwisataan di Indonesia, sebagai berikut:

Kondisi Kepariwisataan di Indonesia Secara Umum
Indonesia merupakan negara yang memiliki keindahan alam dan budaya yang beragam. Indonesia memiliki bentang alam yang relatif lengkap. Terdapat bentang alam yang memiliki potensi keindahan, seperti: pegunungan, hutan hujan tropis, sungai, danau, padang rumput, gurun, pesisir, dan laut. Indonesia juga memiliki beragam budaya. Indonesia kaya akan seni tradisi, tarian, musik etnik, atau upacara adat. Seluruh potensi tersebut dapat dikembangkan menjadi suatu daya tarik wisata. Dalam hal ini, Indonesia sangat beruntung, karena dikaruniai potensi wisata yang sangat melimpah.

Pariwisata telah menghasilkan manfaat ekonomi bagi masyarakat Indonesia. Hal tersebut dapat dilihat dari devisa yang dihasilkan. Pada tahun 2014, sektor pariwisata memberikan devisa sebesar US$ 11,01 miliar (Kementerian Pariwisata, 2014). Devisa pariwisata merupakan yang terbesar ke-4 setelah devisa dari minyak dan gas bumi, batubara, dan minyak kelapa sawit. Selain itu, produk domestik bruto (PDB) sektor pariwisata di tahun 2014 mencapai sekitar 390 triliun rupiah.

Meskipun pariwisata meyimpan potensi ekonomi yang besar, namun sektor ini belum digarap secara maksimal. Kontribusi PDB pariwisata terhadap total PDB Indonesia masih belum maksimal. Dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya, kontribusi PDB pariwisata Indonesia masih relatif rendah. Berikut datanya:

Tabel 1. Kontribusi PDB Pariwisata Terhadap Total PDB Beberapa Negara ASEAN Tahun 2014
Negara
Kontribusi (persen)
Malaysia
10,4
Thailand
9,4
Singapura
4,5
Indonesia
3,6
Sumber: World Tourism Organization (2014).

Pada tahun 2014, terdapat sekitar 250 juta perjalanan wisata yang dilakukan oleh wisatawan domestik. Selain itu, terdapat sekitar 9,4 juta wisatawan mancanegara yang mengunjungi Indonesia. Lagi-lagi, jumlah tersebut masih kalah jika dibandingkan dengan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara di negara-negara ASEAN lainnya. Padahal, dapat dikatakan Indonesia memiliki wilayah yang lebih luas dan destinasi wisata yang lebih banyak. Berikut adalah data mengenai jumlah wisatawan mancanegara yang mengunjungi beberapa negara ASEAN pada tahun 2014:

Tabel 2. Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara di Beberapa Negara ASEAN Tahun 2014
Negara
Jumlah Kunjungan
Malaysia
27,4 juta
Thailand
24,7 juta
Singapura
11,8 juta
Indonesia
9,4 juta
Total ASEAN
96,7 juta
Sumber: World Tourism Organization (2014).

Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara di Indonesia lebih rendah dibandingkan dengan yang ada di negara ASEAN lainnya. Hal tersebut dapat disebabkan oleh rendahnya daya saing pariwisata Indonesia. Berdasarkan survei World Economic Forum (WEF) pada tahun 2013, nilai indeks daya saing kepariwisataan Indonesia adalah sebesar 4,03 (Kementerian Pariwisata, 2014). Hal tersebut membuat Indonesia menempati peringkat ke-70 dari 140 negara. Dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lain, Indonesia masih tertinggal. Singapura berada di peringkat 10, Malaysia di peringkat 34, dan Thailand di peringkat 43 (Direktorat Jenderal Kerja Sama ASEAN, 2015).

Menurut survei WEF tersebut, sebetulnya Indonesia dinilai kompetitif dalam hal persaingan harga, baik hotel, tiket, airport tax, maupun harga bahan bakar. Di sisi lain, terdapat tiga aspek pariwisata Indonesia yang memiliki nilai terendah, yakni infrastruktur dengan indeks 2,1 dari skala 6, ICT (Information and Communication Technology) dengan indeks 2,7 dari skala 6, serta kesehatan dan kebersihan dengan indeks 2,9 dari skala 6 (Direktorat Jenderal Kerja Sama ASEAN, 2015). Ketiga aspek tersebut menjadi permasalahan yang menghambat pembangunan pariwisata di Indonesia.

Bagaimana dengan Wisata Bahari?
Wisata bahari merupakan salah satu bagian dari kepariwisataan Indonesia. Sebelum membahas wisata bahari, saya akan memberikan sedikit gambaran umum mengenai kondisi wisata bahari di Indonesia, sebagai berikut:


Wisata bahari merupakan wisata yang berbasis laut. Orams (1999) seperti dikutip dari Jennings (2007), mendefinisikan wisata bahari sebagai berikut:

“Marine tourism includes those recreational activities that involve travel away from one’s place of residence and which have as their host or focus the marine environment (where the marine environment is defined as those waters which are saline and tide-affected).”

Berdasarkan definisi Orams, wisata bahari didefinisikan sebagai aktivitas berpergian menuju ke daerah laut atau wisata yang berfokus di wilayah laut.

Kontribusi ekonomi wisata bahari terhadap pariwisata Indonesia masih relatif rendah. Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan bahwa wisata bahari hanya menyumbang 10 persen dari total pendapatan pariwisata nasional. Di saat yang sama, negara tetangga Malaysia sudah berhasil mengembangkan wisata baharinya hingga berkontribusi sebesar 40 persen terhadap total pendapatan pariwisata. Padahal, Indonesia memiliki laut yang lebih luas dan garis pantai yang lebih panjang daripada Malaysia. Jika dikelola secara optimal, wisata bahari Indonesia dapat menghasilkan pendapatan sebesar sebesar US$54.3 miliar per tahun (Lasabuda, 2013).

Sebenarnya Indonesia cukup dikenal di dunia internasional akan potensi wisata baharinya. Setidaknya, terdapat lima puluh titik destinasi wisata bahari bertaraf internasional di dunia. Tiga di antaranya berada di Indonesia, yaitu: Tulamben (Bali), Bunaken, dan Wakatobi (Bappenas, 2014). Destinasi wisata bahari yang dimiliki Indonesia tentu saja lebih banyak daripada itu. Indonesia memiliki laut seluas 5,8 juta km2, 17.508 pulau, dan garis pantai sepanjang 99.093 km2. Dasar laut Indonesia juga memiliki kekayaan yang tersembunyi. Terdapat peninggalan budaya bawah air berupa kapal karam dan muatan berharga dari abad ke-4 hingga era Perang Dunia Kedua. Selain itu, Indonesia memiliki 51 persen terumbu karang di kawasan Asia Tenggara (Direktorat Jenderal Kerja Sama ASEAN, 2015).

Wisata bahari menjadi salah satu kegiatan yang dilakukan oleh wisatawan mancanegara di Indonesia. Wisatawan mancanegara yang memilih wisata bahari mencapai 30 persen dari total kunjungan wisata tahun 2013. Data Kementerian Pariwisata menunjukan bahwa pendapatan negara yang dihasilkan dari aktivitas wisata bahari wisatawan mancanegara mencapai US$ 3,09 juta atau sekitar Rp. 37,15 triliun.

What to do in marine tourism?

Banyak hal yang dapat dilakukan wisatawan dalam aktivitas wisata bahari. Secara umum, wisata bahari dibagi menjadi tiga bagian, sebagai berikut:



Dari ketiga jenis wisata bahari ini, bentang pesisir pantai merupakan wilayah yang paling sering menjadi “tempat bermain” wisatawan. Di Indonesia, 60 persen wisatawan memilih menghabiskan waktu di bentang pesisir pantai ketika melakukan wisata bahari. Jumlah ini disusul oleh bentang laut sebesar 25 persen dan kegiatan di kolam air dan dasar sebesar 15 persen (wisataweb.com/wisata-lokal/indonesia-akan-menggenjot-potensi-wisata-bahari).


Menurut Rokhmin Dahuri (mantan Menteri Kelautan dan Perikanan RI), ada sebelas kegiatan yang dapat dilakukan dalam wisata bahari, yaitu: (1) sunbathing at the beach or pool; (2) ocean or freshwater swimming; (3) beachside and freshwater sports such as water scooter, sausage boat, water tricycle, wind surfing, surfboarding, paddle board, parasailing, kayacking, catamarans, etc; (4) pleasure boating; (5) ocean yachting; (6) cruising; (7) fishing; (8) diving, snorkeling, glass boat viewing and underwater photography; (9) marine parks; (10) canoeing; and (11) coastal parks, wild life reserves, rain forest, gardens and trails, fishing villages (rokhmindahuri.wordpress.com). Relatif banyak kegiatan yang dapat dilakukan oleh wisatawan dalam aktivitas wisata bahari. Tentu saja hal itu menjadi daya tarik bagi wisatawan jika mereka memilih wisata bahari sebagai kegiatan wisata mereka.


Aktivitas Snorkling


Aktivitas Mengamati Satwa Liar di Pesisir

Aktivitas Berselancar

Peluang Wisata Bahari Indonesia
Secara umum, sektor pariwisata akan menjadi sektor unggulan bagi perekonomian global. Sesuai catatan Global Trend in Coastal Tourism tahun 2007, pariwisata akan menjadi salah satu industri paling besar di dunia yang menyumbang 10 persen PDB negara dan menyerap 1/12 pasar tenaga kerja. Saat ini, pariwisata menjadi sumber devisa utama bagi 2/3 negara berkembang di dunia. Proyeksi pertumbuhan pariwisata global sampai 2020 akan terus meningkat karena pertumbuhan kelas menengah baru yang melakukan perjalanan wisata (Bappenas, 2014).

Prospek yang sama juga akan dialami oleh wisata bahari. Wisata bahari merupakan segmen industri tertua dan terbesar. Pada abad ke-19, wisata bahari hanyalah pasar untuk segmen orang kaya di Eropa dan Amerika Serikat. Pada abad ke-20, pasar wisata bahari mulai melebar ke segmen pasar yang lebih luas, bukan lagi dinikmati oleh kalangan kaya. Dan di era sekarang, ada tiga tren yang membuat wisata bahari. Pertama, mulai muncul segmen niche market atau luxury market di dunia pariwisata dengan menggunakan kapal wisata, yacht, cruise, dan seaplane. Kedua, terjadi pergeseran paradigma dari mass tourism menjadi special interest oleh segmen pasar tertentu. Ketiga, terjadi peningkatan signifikan dalam investasi pariwisata pulau-pulau kecil di seluruh dunia (Center on Ecotourism and Sustainable Development, 2007). Pada tahun 2020, diperkirakan wisata bahari menjadi pasar yang sudah matang (matured as market).

Peluang ini tentu saja harus ditangkap oleh Indonesia untuk mengembangkan wisata baharinya. Diperkirakan, Indonesia akan mendapat peluang dari wisata cruise dan wisata yacht. Wisata cruise menjadi segmen pasar dengan pertumbuhan tercepat dan paling menguntungkan. Saat ini, 50 persen pasar wisata cruise berada di kawasan Karibia. Saat ini, pasar sedang mencari destinasi cruise baru dengan ukuran kapal yang semakin besar (kelas mega cruise ship/minimal 2500 penumpang). Begitu pula dengan tren wisata yacht. Saat ini, diperkirakan terdapat sekitar 10 juta kapal wisata di seluruh dunia. Dari jumlah itu, sekitar 50.000 kapal yacht berlayar di perairan Asia Tenggara dan Pasifik setiap tahunnya. Paling tidak, Indonesia diharapkan dapat menyerap sekitar 10.000 kunjungan kapal (Bappenas, 2014).


Hal tersebut dinilai logis. Seiring bergesernya ekonomi dunia ke kawasan Asia-Pasifik, jumlah lalu lintas kapal yang melintasi wilayah tersebut juga akan meningkat (sekitar 70 persen lalu lintas kapal akan melewati perairan Asia-Pasifik). Kawasan perairan Indonesia akan dilintasi sekitar 75 persen arus lalu lintas kapal Asia-Pasifik. Tentu saja hal tersebut merupakan peluang bagi Indonesia, salah satunya untuk mengembangkan wisata bahari. Hal tersebut diperkuat oleh pernyataan Koordinator Perencana Utama Bappenas Bidang Pariwisata,  I Dewa Gde Sugihamretha sebagai berikut: "Pandangannya wisata di Atlantik adalah masa lalu, Mediterania masa kini, dan Pasifik adalah masa depan. Jadi mulai sekarang kita harus fokus agar tidak kehilangan peluang,". (antaranews.com)

Hambatan Pengembangan Wisata Bahari di Indonesia
Wisata bahari Indonesia menyimpan potensi yang sangat besar. Meskipun demikian, sektor ini belum dikelola dengan optimal. Menurut Kementerian Pariwisata, ada empat hambatan dalam pengembangan wisata bahari, yaitu:

•Belum terbentuknya sistem pengembangan pariwisata yang terintegrasi dengan infrastruktur, organisasi pengelolaan, dan sistem pemasaran terpadu
•Rendahnya kesadaran masyarakat dan investor dalam negeri dalam mengembangan sumber daya laut.
•Citra keamanan nasional dan pengelolaan sumber daya laut yang rendah
•Peralatan wisata bahari digolongkan sebagai barang mewah sehingga pajak mahal.

Sesuai dengan survei WEF mengenai indeks daya saing kepariwisataan yang sudah saya jelaskan, terdapat tiga kekurangan dalam kepariwisataan Indonesia. Pertama, infrastruktur dengan indeks 2,1 dari skala 6. Kedua, ICT (Information and Communication Technology) dengan indeks 2,7 dari skala 6. Ketiga, kesehatan dan kebersihan dengan indeks 2,9 dari skala 6 (Direktorat Jenderal Kerja Sama ASEAN, 2015). Ketiga indikator tersebut merupakan hambatan dalam pengembangan pariwisata Indonesia, termasuk wisata bahari.

Visi Pemerintah untuk Pengembangan Wisata Bahari
Di era Pemerintahan Kabinet Kerja periode 2014-2019, pariwisata merupakan salah satu kegiatan prioritas yang akan dikembangkan. Pemerintah menyadari bahwa Indonesia memiliki potensi wisata yang beragam yang dapat dikembangkan untuk kesejahteraan masyarakat. Pemerintah, dalam hal ini Kementerian Pariwisata telah mencanangkan target pembangunan pariwisata sebagai berikut:


Sesuai dengan visi poros maritim dunia yang dicanangkan, wisata bahari akan menjadi prioritas Pemerintah. Wisata bahari telah menjadi menjadi prioritas pembangunan kelautan nasional dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019. Selain bermanfaat untuk pembangunan ekonomi, wisata bahari juga berfungsi untuk membangkitkan kembali budaya bahari Bangsa Indonesia. Indonesia telah mencanangkan branding “Wonderful Indonesia” yang mengedepankan wisata budaya, alam, dan buatan manusia.. Berikut ini adalah porsi wisata bahari dalam kepariwisataan nasional:


Wisata bahari masuk ke dalam wisata alam dan akan mengisi 35 persen dari seluruh aktivitas wisata alam. Dengan demikian, wisata bahari akan menjadi kontributor pariwisata terbesar ke-3 setelah wisata belanja dan kuliner serta wisata warisan budaya, sejarah, dan religi.

Pemerintah telah mencanangkan target wisata bahari hingga tahun 2019, sebagai berikut:

Kementerian Pariwisata telah memproyeksikan target kunjungan wisatawan mancanegara yang melakukan wisata bahari. Pada tahun 2019, ditargetkan ada 4 juta wisatawan mancanegara. (wartaekonomi.co.id). Diharapkan, wisata bahari dapat menyumbang devisa sebesar USD4 miliar pada tahun 2019.

Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan, pada tahun pertama pihaknya akan mengembangkan 8 kawasan strategis pariwisata nasional (SKPN) khusus bahari. Selain itu pemerintah akan membangun 100 marina, 10 pelabuhan kapal pesiar yang memungkinkan untuk menampung 800 call, serta 45 destinasi selam. Sejauh ini, saya belum menemukan dokumen atau informasi mengenai SKPN, lokasi marina, lokasi pelabuhan kapal pesiar, serta destinasi selam yang akan dikembangkan. Untuk memudahkan hal ini, Pemerintah sudah melonggarkan aturan mengenai perijinan kapal layar dan yacht untuk memasuki perairan Indonesia.

Ada empat arah kebijakan dari Kementerian Pariwisata untuk mewujudkan target wisata bahari tersebut, yaitu:
1. Pembangunan Destinasi Pariwisata: meningkatkan daya tarik daerah tujuan wisata bahari sehingga berdaya saing di dalam negeri dan di luar negeri.
2. Pemasaran Pariwisata Nasional: mendatangkan sebanyak mungkin wisatawan mancanegara dan mendorong peningkatan wisatawan nusantara.
3. Pembangunan Industri Pariwisata: meningkatkan partisipasi usaha lokal dalam industri pariwisata nasional serta meningkatkan keragaman dan daya saing produk/jasa pariwisata nasional di setiap destinasi periwisata yang menjadi fokus pemasaran.
4. Pembangunan Kelembagaan Pariwisata: membangun sumber daya manusia pariwisata serta organisasi kepariwisataan nasional.

Selain empat arah kebijakan, Kementerian Pariwisata juga telah menyiapkan strategi untuk mengembangkan pariwisata Indonesia, yaitu: 


Wisata bahari, atau kepariwisataan di Indonesia secara umum, masih terkendala oleh aksesibilitas dan infrastruktur. Niat wisatawan untuk menuju ke suatu destinasi terhambat karena minimnya transportasi dan infrastruktur. Masalah ini bukan hanya kewenangan Kementerian Pariwisata, namun juga perlu melibatkan Kementerian lainnya. Untuk menyiasati hal tersebut, Pemerintah akan menyiapkan moda transportasi (darat, laut, dan udara) dan infrastruktur penunjangnya, sebagai berikut:

Transportasi
Infrastruktur
2014
Target 2019
Darat
Pengembangan jalan nasional
38.570 km
45.592 km
Pembangunan jalan baru
1.202 km
2.650 km
Pengembangan jalan tol
807 km
1.000 km
panjang jalur kereta api
5.434 km
8.692 km
Laut
Pengembangan pelabuhan
278
450
Jumlah Dermaga Penyeberangan
210
275
Udara
Jumlah bandara
237
252

Transportasi dan infrastruktur memang menjadi lokomotif perekonomian bagi sautu negara. Dengan adanya transportasi dan infrastruktur yang memadai, maka arus perpindahan barang/manusia dapat lebih cepat, mudah, murah, dan lancar. Hal itu akan meningkatkan daya saing ekonomi negara, termasuk dalam hal pariwisata. Bagi wisatawan, akses yang cepat, murah, mudah, dan lancar menuju destinasi wisata tentu saja menjadi harapan.

Dari moda transportasi darat, Pemerintah sudah berencana untuk menambah panjang jalan, terutama jalan-jalan strategis yang menuju ke destinasi wisata unggulan. Selain itu, Pemerintah sudah menggodok rencana pembangunan transportasi keretaapi di Pulau Sumatra, Kalimantan, Bali, Sulawesi, dan Papua. Keretaapi merupakan transportasi yang sangat penting. Tidak ada negara atau wilayah yang maju tanpa adanya keretaapi. Transportasi kereta api dikenal cepat dalam mendistribusikan barang/jasa. Berikut ini adalah skema pembangunan transportasi keretaapi di Indonesia:


Transportasi laut juga memiliki peran signifikan dalam distribusi barang/jasa di Indonesia. Transportasi laut dikenal memiliki biaya yang paling murah. Sebagai negara kepulauan dan memiliki laut yang luas, tentu saja transportasi laut menjadi urat nadi bagi masyarakat Indonesia. Sebelumnya, Pemerintah sudah mencanangkan pembangunan Tol Laut. Selain untuk memudahkan distribusi barang/jasa, Tol Laut juga didesain untuk memudahkan akses wisatawan untuk berwisata. Pemerintah sudah menggodok tujuh jalur wisata bahari sebagai berikut:


Pemerintah juga mengembangkan moda transportasi udara. Moda transportasi ini dikenal paling cepat dalam mendistribusikan barang/jasa. Pemerintah sudah menyiapkan rencana untuk membangun 15 bandara baru, yaitu: Letung (Kepulauan Riau), Kertajati (Jawa Barat), Tambelan (Kalimantan Barat), Tebellan (Kalimantan Barat), Muara Teweh (Kalimantan Tengah), Samarinda Baru (Kalimantan Timur), Maratua (Kalimantan Utara), Miangas (Sulawesi Utara), Siau (Sulawesi Utara), Morowali (Sulawesi Tengah), Buntu Kunik (Sulawesi Selatan), Kabir-Patar (Nusa Tenggara Timur), Namniwel (Maluku), Werur (Papua), dan Koroway Batu (Papua). Berikut skemanya:


Selain itu, untuk mempermudah aksesibilitas, Kementerian Pariwisata sudah menandatangai kerjasama dengan PT. Pelayaran Indonesia (Pelni) dan PT. Garuda Indonesia. PT. Pelni sudah meyiapkan beberapa paket wisata bahari. Destinasi yang menjadi paket wisata PT. Pelni adalah Wakatobi, Takabonerate, Anambas, Labuan Bajo, Togean, Tomini, Banda Neira, dan Bunaken. Pelni memberikan fasilitas kepada wisatawan, berupa: kamar serupa hotel terapung, fasilitas untuk bersanta, tempat ibadah, hingga kuliner lezat.

Begitu juga dengan PT. Garuda Indonesia. PT. Garuda berkomitmen untuk mempermudah akses transportasi udara antarpulau di Indonesia, khususnya wilayah Indonesia bagian timur. Perusahaan ini juga mengoperasikan pesawat penumpang regional untuk bepergian jarak pendek, seperti jenis ATR dan CRJ khusus wilayah-wilayah yang memiliki lapangan terbang kecil.

Itulah ulasan mengenai wisata bahari dan upaya dari berbagai pihak untuk mengembangkan wisata bahari di Indonesia. Indonesia memang kaya akan potensi wisata bahari. Berikut ini adalah beberapa destinasi wisata bahari yang akan dikembangkan oleh Pemerintah dalam beberapa tahun mendatang:


Destinasi Unggulan yang akan dikembangkan:
Wilayah
Destinasi
Sumatra
Weh-Sabang
Nias
Mentawai
Mandeh
Tanjung Kelayang
Lagoi
Natuna-Anambas
Batam
Tanjung Setia
Kalianda
Jawa
Kepulauan Seribu
Pangandaran
Karimun Jawa
Tanjung Lesung
Gunung Kidul
Ujung Kulon
Krakatau
Grajagan
Bawean
Pulau Biawak
Kalimantan
Derawan
Kumai
Sulawesi
Bunaken
Wakatobi
Selayar
Togean
Tomini
Bau-bau
Makassar
Kepulauan Maluku
Ambon
Kepulauan Banda
Saumlaki
Morotai
Buru selatan
Sawai
Papua
Rajaampat
Biak Numfor
Owi
Padaido
Kepulauan Sunda Kecil
Alor
Pulau komodo
Moyo
Pulau Kenawa
Lembata
Kupang
Maumere
Ende
Sawu
Sumba
Gili Tramena
Rote
Labuan Bajo
Riung


Sumber:
antaranews.com/berita/476994/potensi-pariwisata-kepulauan-indonesia-rp4000-triliun

Bappenas. 2014. Konsep Mainstreaming Ocean Policy ke Dalam Rencana Pembangunan Nasional.

Center on Ecotourism and Sustainable Development. 2007. Global Trends in Coastal Tourism

Dewan Kelautan Indonesia. 2012. Penyusunan Kembali Rancangan (Redesign) Peraturan Perundang-Undangan di Bidang Pelayaran. www.dekin.kkp.go.id/download_arsip.php?id=20130226114653224356470055790502260091851252.

Direktorat Jenderal Kerja Sama ASEAN. 2015. Paradigma Baru Pariwisata Indonesia. MASYARAKAT ASEAN, Edisi 7 Maret 2015. (pp. 18-19).

Jennings, Gayle. 2007. Water-Based Tourism, Sport, Leisure, and Recreation Experiences. Dalam Jennings, Gayle. (Ed.). Water-Based Tourism, Sport, Leisure, and Recreation Experiences. (pp. 1-16). Oxon: Taylor & Francis.

Kementerian Pariwisata. 2014. Laporan Kinerja Kementerian Pariwisata Tahun 2014.

Lasabuda, Ridwan. 2013. Pembangunan Wilayah Pesisir dan Lautan dalam Perspektif Negara Kesatuan Republik Indonesia. Jurnal Ilmiah Platax, Vol. I-2, Januari 2013.

Rompas, Rizald Max. 2011. Membangun Laut Membangun Kejayaan: Dulu, Kini, dan Masa
Depan. Jakarta: Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik.

wartaekonomi.co.id/read/2015/07/29/66317/menpar-porsi-pengembangan-wisata-bahari-35-persen.html

wisataweb.com/wisata-lokal/indonesia-akan-menggenjot-potensi-wisata-bahari

World Tourism Organization. 2014. Tourism Highlights, 2015 Edition.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar